Yin Yang: Konsep Keselarasan universal

yin yangSebuah simbol filosofis dari Tiongkok kuno, yakni Yin-Yang, adalah simbol keselarasan yang bersifat universal. Di dalam sebuah sistem mikrokosmos yakni tubuh kita sendiri, semua organ tubuh memiliki saling keterkaitan dan membentuk keseimbangan agar tubuh kita senantiasa sehat, bila ada gangguan yang menyebabkannya tidak selaras, maka timbullah  penyakit.  Demikian pula dengan makrokosmos yaitu alam semesta, termasuk berbagai unsur penyusun alam semesta seperti air, api, kayu, besi, tanah dan eter haruslah seimbang, karena kekurangan salah satu unsur atau kelebihan satu unsur saja akan berakibat gangguan pada alam semesta itu sendiri.

Yin-Yang memiliki pengertian bahwa hidup butuh keselarasan, tidak kurang dan tidak berlebihan. Dalam konsep kesehatan, kekurangan unsur Yin terhadap Yang akan menghasilkan ketidakseimbangan atau gangguan kesehatan, demikian pula kelebihan Yin terhadap Yang dan sebaliknya.  Dalam konsep Male-Female, keselarasan terjadi ketika pria dan wanita saling bisa melengkapi, masing-masing memiliki peranan penting dan saling menyelaraskan, tidak ada keselarasan atau keharmonisan dengan sebuah dominasi yang hakiki.

Pada manusia keselarasan terkait erat dengan tingkat kesadaran atau spiritualitas. Dalam konsep Chakra, keselarasan timbul ketika seluruh chakra duniawi dan chakra spiritual atau Ilahiah berputar selaras. Ketika chakra-chakra bawah berputar lebih cepat dari chakra-chakra atas menunjukkan cinta duniawi yang lebih kuat, nafsu inderawi dan materialitas menjadi motif utama.  Pada saat ini perkembangan cinta kasih universal menjadi dikesampingkan, sekalipun masih menjalankan ritual keagamaan.  Peningkatan kesadaran menyebabkan chakra-chakra spiritual atau Ilahiah ini akan berputar lebih baik yang juga berarti munculnya keseimbangan atau keselarasan antara duniawi dan spiritual.  Kunci dari keselarasan pada manusia terlihat pada 3P yakni Pikiran, Perkataan (ucapan) dan Perbuatan, yang mana satu sama lain tidak boleh bertentangan. Penyakit muncul akibat ketidakselarasan ini diakibatkan oleh pikiran negatif atau prasangka buruk. Perkataan (ucapan) yang buruk dan/atau tidak selaras dengan apa yang dipikirkan, serta melakukan Perbuatan yang tidak berdasarkan nilai-nilai dan norma yang berlaku universal dan berdasarkan pada prinsip Ilahiah.

Manusia sebagai makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan YME dengan akal budi dan pikirannya wajib memelihara semua keseimbangan ini karena manusia hidup bersama dengan semua makhluk lain dan berinteraksi dalam sebuah sistem, yang disebut juga sebagai Ekosistem Semesta. Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain karena dengan akal kecerdasannya mereka dapat membuat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, namun dibalik itu semua, manusia wajib menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak memiliki ekses-ekses yang merugikan baik untuk manusia sendiri maupun bagi makhluk lain dan alam semesta.

Pada tataran kosmik atau jagad raya, keselarasan terbentuk dari beberapa komponen seperti keharmonisan antar manusia, antara manusia dengan makhluk lainnya dan antara manusia dengan alam itu sendiri.  Penulis mengibaratkan sebuah Tripod Semesta, ketiga jenis hubungan tersebut harus memiliki panjang kaki yang sama, ketika salah satu kaki dari ketiga jenis hubungan itu tidak selaras, maka terjadi turbulensi energi di alam semesta, mulai dari yang terkecil yang mungkin hanya sedikit terasa sampai dengan yang berat seperti kerusakan alam semesta itu sendiri.

Pada tataran tertinggi keselarasan terjadi pada tingkat spiritualitas, dimana mikro dan makrokosmos terlampaui. Di sini terjadi penyelarasan spiritual yang melebihi atas segala bentuk fisik. Ridho dari Tuhan YME merupakan rasa cinta yang hakiki yang bisa membawa manusia ke derajat yang lebih tinggi karena bisa menempatkan semua unsur ke dalam satu wadah baik sisi kemanusiaan dan sisi Ilahiah secara paripurna. Pikiran, Perkataan dan Perbuatan sebagai esensi fisik atau secara maksimal masih bisa dioptimalisasi sudah mencapai jalan akhir ketika manusia telah mengarungi samudra makrifat dari cinta Ilahiah ini. Keselarasan tercapai dengan tidak jatuh kepada nafsu inderawi dan berbagai kebodohan bathin.

Marilah kita bersama-sama melakukan perenungan atas apa yang telah terjadi dalam kehidupan kita dan memperhatikan segala variabel dari yang bersifat internal maupun eksternal. Semoga pemahaman atas keseimbangan atau keselarasan Yin-Yang ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua.