Utamakan komunikasi, hindari Prasangka!

komunikasi burukManusia tidak bisa hidup sendiri dan kebutuhan untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan baru maupun berkembang bersama-sama merupakan prasyarat dari sebuah kesuksesan.  Namun, dewasa ini dari pengamatan penulis, dipicu dengan persaingan yang kurang sehat akibat kesulitan yang muncul dari faktor ekonomi, membuat kita hidup dalam kotak-kotak atau zona ekonomi yang berbeda, ada kelompok yang ingin mempertahankan diri dalam kelompok mapan dan menengah, serta kelompok bawah dan marginal.  Dampak buruk dari pengelompokkan diri ini salah satunya adalah berkurangnya komunikasi baik antar kelompok maupun di dalam kelompok sendiri akibat persaingan yang tidak sehat, dan hal ini rentan menimbulkan prasangka-prasangka buruk yang berakibat pada rusaknya tatanan sosial kemasyarakatan, dan penyebab dari gangguan kesehatan baik psikologis maupun jasmaniah.

Mungkin cukup banyak prasangka-prasangka buruk dalam pikiran kita seperti:

  • Bagi kelompok mapan: kurangnya komunikasi cenderung membuat mereka melihat orang yang kemampuan ekonomi rendahnya sebagai ancaman, seolah-olah semua orang  ingin menggerogoti harta kekayaan mereka. Generalisasi ini berdampak psikologis baik bagi kelompok mapan ini sendiri maupun tanggapan atau respons mereka terhadap kelompok di bawahnya, yang bisa dilihat dari cara mereka menatap, cara berbicara, cara bersikap dan sebagainya. Sekalipun masih berusaha untuk tetap berbicara dengan baik dan memberi ‘senyuman’ saat bertemu, namun body language mereka sulit disinkronkan.
  • Bagi kelompok menengah: Berupaya mempertahankan diri agar tetap berusaha ‘safe’ pada posisinya, kalau bisa meningkat, tapi tidak mau terjerembab ke bawah. Sehingga secara psikologis, mereka cenderung berupaya menjaga jarak dengan orang yang masuk kelompok di bawahnya. Komunikasi mereka memang lebih baik namun persaingan yang semakin berat dan kurang sehat mengakibatkan mereka mengurangi jam bicara dengan yang lain, bahkan tak jarang mulai muncul perasaan tidak nyaman jika berlama-lama duduk dengan mereka yang dianggap tidak memiliki resources yang bisa mereka barter dengan apa yang mereka miliki.
  • Bagi kelompok bawah dan marginal: kesulitan ekonomi cenderung  membuat mereka menjadi minder, kurang percaya diri.  Mereka juga menjaga jarak atau mengurangi intensitas komunikasi namun sisi buruknya adalah mereka meningkatkan prasangka negatif terhadap orang lain baik yang berada pada kelompok yang sama maupun yang ada di atasnya hanya dari segi penampilan.  Kurangnya komunikasi ini berdampak cukup signifikan karena tanpa komunikasi dengan orang lain secara baik, maka potensi untuk mengembangkan diripun menjadi terhambat.

Seyogyanya setiap orang dalam semua kelompok tidak mudah menggeneralisasi sebuah kondisi atau keadaan, tidak mudah memberikan penilaian (judgment) yang tidak berdasar, dan tidak mudah terpancing untuk saling menyerang baik secara sadar maupun tidak sadar misalnya dalam memberikan penyataan, menjustifikasi orang lain berdasarkan kelompok/ etnis/ agama, dan sebagainya.  Hal ini akan memperburuk kondisi yang sudah terjalin selama ini.  Tidak jarang penulis melihat dewasa ini faktor egosentris menjadi hal yang dominan dalam membuat keputusan. Hal ini berawal dari Prasangka negatif yang tidak memiliki dasar yang kuat terutama prasangka yang mucul akibat kurangnya komunikasi.

Jika kita berada di dalam kategori di atas, sudah saatnya sekarang kita berpikir ulang dan meningkatkan intensitas komunikasi yang positif dan saling memberdayakan dengan yang lain.  Kebahagiaan memang muncul dalam pikiran kita sendiri, namun tanpa komunikasi yang baik, kebahagiaan yang dirasakan hanya bersifat semu dan bahkan menjadi salah satu pencetus munculnya gangguan jiwa atau psikologis.  Let’s start to improve our communication and avoid negative thinking !  

Semoga artikel ini bermanfaat !