Tenaga Dalam: Sub-Conscious Power atau Jin ?

Tenaga DalamArtikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya mengenai Tenaga Dalam. Tenaga Dalam memiliki beberapa sebutan dalam Bahasa Inggris seperti Inner Power atau Inner Energy.  Dari terjemahan ini sebenarnya sudah cukup menjelaskan bahwa Inner adalah berasal dari “dalam” diri  sendiri. Namun, apakah sama sekali tenaga dalam diolah murni dari dalam diri sendiri atau dengan bantuan jin? Kok bisa ya dalam berbagai latihan tenaga dalam ada orang yang bisa “dipentalkan” oleh yang lain tanpa disentuh?

Dalam berbagai tradisi tenaga dalam nusantara, banyak yang masih kental dengan ritual, tirakat seperti puasa dan amalan. Apabila penjelasan yang diberikan perguruan tersebut kurang tepat, atau malah membawa orang ke arah mistik yang kental, maka wajar akan muncul persepsi bahwa ilmu tenaga dalam yang diajarkan menggunakan kekuatan jin.  Padahal, dibalik ritual atau amalan yang dijalankan tersirat trance state (kondisi trance) yang mampu membangkitkan kekuatan dari dalam tubuh sendiri.  Yang kedua adalah ketidakpahaman akan sub-conscious mind menyebabkan biasnya pemikiran di kalangan tertentu sehingga mereka lebih mempercayai kekuatan dari luar daripada kekuatan dari dalam diri sendiri, padahal yang terakhir disebut ini merupakan anugerah terindah dari Tuhan YME.  Boro-boro mendapat pengakuan dari orang banyak, malah dianggap bahwa tenaga dalam yang diajarkan menggunakan atau bersekutu dengan jin.  Di zaman modern yang sudah maju ini, dengan evidence based menggunakan hasil penelitian dan ilmu pengetahuan seyogyanya terjadi proses yang lebih ilmiah dimana tenaga dalam mendapatkan tempat sebagai obyek penelitian dan bisa dibuktikan bahwa teknik ini sebenarnya murni kekuatan yang dimiliki dan timbul dari dalam diri sendiri.

Kesadaran adalah konsep penting yang diperoleh dari proses pembelajaran. Pembelajaran membutuhkan keterbukaan berpikir (open-mindedness), dan positive thinking.  Dahulu orang selalu menilai buruk mengenai Hypnosis namun seiring perkembangan zaman dan berbagai penelitian ilmiah telah dilakukan, maka tingkat penerimaan dalam masyarakat menjadi sangat tinggi sekarang. Di Inggris sendiri Hypnosis telah diakui dan diterima resmi sejak 1955 dan di AS tiga tahun kemudian. Walaupun di Indonesia baru beberapa tahun terakhir, namun lumayan lah setidaknya paradigma sudah berubah bahwa hypnosis itu bukan kekuatan sihir,kuasa gelap dan sebagainya, tetapi murni mempelajari dan mengeksplorasi pikiran bawah sadar (sub-conscious mind) untuk keperluan medis, psikologis maupun hiburan. Adapun penyalahgunaan hypnosis untuk tindakan kriminal adalah karena sifatnya sebagai ilmu, apapun ilmu akan memiliki dua sisi baik dan buruk termasuk ilmu fisika dan biologi yang ketika disalahgunakan, misalnya membuat senjata nuklir atau senjata biologis akan membawa dampak negatif, bahkan jauh lebih berbahaya dari penyalahgunaan hypnosis itu sendiri.

Terus, bagaimana bisa seseorang me “mementalkan” orang lain tanpa disentuh?  Pertanyaan ini klasik sekali dan sering menjadi pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebenarnya dari ilmu pengetahuan dan taknologi, diketahui bahwa tubuh manusia mengandung medan energi dan energi vital yang menggerakkan kehidupan kita yang berasal baik dari alam semesta maupun yang bersifat inherent baik dari makanan dan minuman maupun yang diturunkan dari orang tua kita (lihat pengertian Qi dan Meridian dalam artikel saya yang lalu khususnya dalam konsep ilmu Akupunktur). Nah, medan energi ini harus dipelihara dengan baik misalnya melalui olahraga, melatih relaksasi, melakukan ibadah seperti gerakan Sholat, meditasi dan sebagainya. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa dikatakan kita rentan mengalami gangguan baik stress, depresi atau luapan emosi/ amarah yang meledak-ledak (abreaksi).

Dalam praktek perguruan silat tenaga dalam, seseorang yang memiki medan energi stabil akan mampu mengendalikan medan energi dari orang lain yang tidak stabil. Di sini ada orang yang disebut “Pengampal” yang memang secara emosional mudah terpancing dan medan energi tubuhnya pun dikatakan tidak stabil.  Oleh sebab itu, saat si pengampal itu melakukan penyerangan ke orang yang memiliki medan energi yang stabil pada tubuhnya akan dengan mudah dipentalkan. Teknik ini sebenarnya merupakan proses “Scanning” energi, bukan teknik yang tepat untuk digunakan saat real combat (pertarungan yang sesungguhnya).  Dalam pertarungan sesungguhnya, banyak yang relatif memiliki medan energi tubuh yang sama sehingga pukulan yang dilayangkan kepada lawannya biasanya tetap akan “masuk” atau mengenai tubuh orang tesebut. Resikonya besar bukan?

Demikianlah penjelasan dari saya, semoga bermanfaat !