Tenaga Dalam dan Ilmu Padi para Pendekar

tenaga dalamSejak jaman dulu pendekar dikenal memiliki ilmu kanuragan atau bela diri yang mumpuni. Di Indonesia banyak sekali seni bela diri yang telah menjadi budaya turun temurun melalui berbagai perguruan silat yang ada. Di negara Tiongkok  kita telah mengenal banyak kehebatan para pendekar Shaolin, yang terkenal dengan Wushu nya. Korea terkenal dengan ilmu bela diri seperti Tae Kwon Do, dan di Jepang dengan Karate nya. Masih banyak lagi nama seni bela diri di dunia ini.  Berbicara tentang ilmu bela diri, tidak bisa dilepaskan dari ilmu tenaga dalam itu sendiri, sekalipun para praktisi ilmu bela diri itupun pada tahap awal mungkin tidak diperkenalkan dengan keilmuan ini. Dalam artikel ini kita coba mengulas sedikit tentang ilmu tenaga dalam dan kaitannya dengan atribut yang dimiliki seorang pendekar.

Ilmu tenaga dalam adalah ilmu yang tidak bisa dipisahkan dari seorang pendekar ilmu silat, apapun alirannya. Sekalipun dalam hal pembangkitannya ada berbagai cara namun pada dasarnya memiliki dua prinsip dasar yang sama, yakni terletak pada pengolahan energi tubuh yang dibangkitkan melalui teknik pernapasan maupun (dibangkitkan dengan keyakinan tinggi) melalui mantra-mantra atau amalan tertentu.  Tenaga dalam dengan pola pernapasan tertentu biasanya diperoleh lewat latihan secara rutin dan melalui gerak atau jurus tertentu. Tidak perlu banyak jurus sekaligus saat latihan, bahkan cukup dengan satu jurus saja, jika dilatih secara teratur/ rutin maka praktisi akan merasakan aliran energi (Qi) dalam tubuhnya dengan baik, yang penting harus dilakukan dengan mengerahkan fokus serta tarikan dan hembusan napas yang benar saat melakukannya.  Biasanya digunakan juga visualisasi misalnya pada saat ingin menimbun subtle energy di titik dan tian.  Sedangkan, pada teknik pembangkitan tenaga dalam menggunakan mantra atau amalan, inti nya adalah harus dilakukan dengan keyakinan penuh karena bersumber dari mikrokosmos.

Para pendekar yang bisa mengalahkan musuh-musuhnya bukanlah pendekar yang ‘grasah-grusuh’ atau mudah terpancing amarahnya.  Hal ini disebabkan perubahan pola energi tubuh yang berubah drastis tidak membantu dalam penyaluran energi tenaga dalam itu sendiri. Di beberapa perguruan silat tenaga dalam, dikenal istilah Pengampal, yakni orang yang mudah ‘dipentalkan’ karena faktor medan energi yang tidak stabil misalnya karena mudah terpancing emosi atau amarahnya.  Namun, perlu digarisbawahi bahwa hampir semua yang sedang berada pada ‘arena’ pertarungan (real combat)  biasanya sedikit banyak akan terbawa emosi, sehingga banyak jurus-jurus  yang telah dipelajari seringkali terlupakan, apalagi untuk mengerahkan tenaga dalam.  Emosi tinggi merupakan kendala terbesar untuk menjadi seorang pendekar tulen.

Seorang pendekar sejati pada hakekatnya menggabungkan jurus, tenaga dalam dan pengendalian diri yang baik. Karena pengendalian diri, termasuk mengatur pola napas, menyusun strategi dalam menghadapi musuh, serta gerak refleks yang terlatih melalui olah rasa saat mengamati pergerakan lawan merupakan kunci kemenangan dalam sebuah pertarungan, di samping kecepatan, kekuatan dan kuda-kuda yang baik.  Semua atribut ini tidak akan diperoleh jika seorang pesilat tidak bisa mengendalikan pikiran dan emosinya dengan baik. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah seorang pendekar tulen memiliki jiwa yang tenang, bahkan gerak langkahnya pun bisa dirasakan berbeda dari orang kebanyakan.  Di samping itu, mereka menggunakan ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk, sehingga penampilan merekapun bisa menunjukkan kharisma sebagai pendekar sejati.

Hikmah yang dapat dipetik dari diri seorang pendekar sejati adalah sifat dan sikap yang ksatria, memiliki etika dan kesantunan yang baik yang tercermin dari bagaimana ia membawa diri, mengendalikan pikiran dan ucapannya serta mampu menjadi tauladan bagi orang sekitarnya.  Ada peribahasa kuno, “Di atas Langit masih ada Langit” merupakan pesan yang dimiliki seorang pendekar sejati. Ketika seseorang mengingkarinya dan bertaruh hanya untuk mencari siapa yang terbaik, terkuat dan terhebat, maka ia akan cenderung akan mengalami banyak kegagalan dan kekalahan. Musuh terberat yang harus dilalui sebelum memperoleh kemampuan dan atribut seorang pendekar sejati adalah dirinya sendiri, bagaimana ia bisa mengendalikan ego, hawa nafsu dan amarah dalam dirinya.