Surga di telapak kaki Ibu

Pembaca yang budiman, pada artikel ini penulis ingin membahas mengenai ungkapan “Surga di telapak kaki Ibu” dari sudut pandang spiritual. Artikel ini ditujukan untuk mengapreasiasi kaum hawa pada umumnya dan para ibu pada khususnya,

ibuPada hakekatnya seorang ibu adalah bagian integral dari ‘jiwa’ anak-anaknya dan kalau boleh dikatakan persentase kedekatan antara keduanya adalah lebih dari 60%. Seorang Ibu sejak sebelum mengandung telah merawat dirinya dan mempersiapkan sebuah proses kodrati yang sangat Ilahiah yakni sebelum, saat mengandung dan setelahnya.

Ia mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, bahkan mengupdate informasi mengenai apa-apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sejak ia melaksanakan pernikahan sebab tak ada orang tua, apalagi seorang wanita yang telah menikah tidak ingin memiliki buah hatinya, bukan?  Begitu seorang wanita berikar untuk melaksanakan pernikahan dan menambatkan hatinya kepada seorang pria yang menjadi suaminya, maka ia berdoa dalam hati kepada Sang Pencipta untuk dikarunia keturunan. Ia tidak lagi memikirkan apa yang akan dirasakan dan bagaimana perubahan fisiknya kelak setelah melahirkan bayinya. Ini adalah cerminan sifat ikhlas yang ia tunjukkan sebelum ia menjadi seorang Ibu dan atas doanya inilah Tuhan YME memberikan karunia yang terindah melalui proses kehamilan.

Perasaan deg-degan terus ia rasakan sekalipun tidak diucapkan bahwa ia ingin sekali bila tes urinnya menunjukkan “dua garis” (positif hamil). Saat ia tahu hasilnya positif, begitu bahaagianya ia karena di depan matanya terbayang hidupnya sebagai seorang wanita yang sempurna dan mendapatkan karunia terindah dari Tuhan YME. Setiap hari ia berdoa dalam hati dan mengharapkan akan tumbuh janin yang sehat dan bisa lahir tepat pada waktunya sebagai bayi yang sehat. Ia menjaga nutrisi yang ia makan dan minum karena ia tahu bahwa setiap ia melakukannya ia akan mensuplai nutrisi penting bagi anaknya. Banyak pantangan yang ia jalankan seperti tidak makan-makanan tertentu yang berbahaya bagi si janin, sekalipun makanan itu kesukaannya saat belum hamil. Ia rela membuang jauh-jauh makanan favoritnya demi anaknya. Ia rajin memeriksakan diri ke dokter untuk melihat perkembangan janinnya, dan seterusnya.  Tak terhitung pengorbanan yang ia lakukan seperti waktu, hobi, dan sebagainya hanya untuk memiliki seorang buah hati yang sehat. Dengan tubuhnya yang semakin lama semakin berat karena besarnya kandungan dari bulan ke bulan, ia dengan sabar dan tabah berjalan, baik yang masih bekerja di kantor maupun sebagai ibu rumah tangga, menjalankan aktivitasnya.  Ketika ia merasakan janinnya tumbuh lengkap dan bergerak-gerak di dalam kandungannya,ia merasa sangat bahagia. Sang ayah pun merasa sangat senang.

Saat melahirkan hampir tiba, dan ia pun harus berjuang ketika ia mengetahui ia segera melahirkan. Suaminya tercinta membawanya ke Rumah Sakit Bersalin dan semua larut dalam rasa cemas bercampur bahagia menanti kelahiran. Sang ibu harus berjuang mempertaruhkan nyawanya saat proses persalinan berlangsung karena ia harus memiliki nafas yang cukup kuat agar bisa melahirkan. Sekalipun ada yang melahirkan secara cesar namun penderitaan juga ia alami karena efek dari obat bius sering membuatnya sakit saat tersadar. Tak jarang yang sampai berbulan-bulan mengalami sakit pada punggungnya setelah melahirkan.  Belum lagi ia segera setelah melahirkan harus menyusui anaknya. Proses menyusui ini akan berlangsung setidaknya selama enam bulan.

Tidak berhenti sampai di sini, seorang ibu juga terus menyayangi anaknya dengan memeriksakan anaknya, membawanya untuk imunisasi dan lain-lain. Jika ada gangguan saat melahirkan sehingga anaknya butuh perawatan lanjutan, maka ia dengan sabar akan menjalaninya. Alangkah mulianya seorang ibu dan sampai kapanpun anaknya akan menjadi bagian penting dari jiwanya sendiri.

Tak jarang anak-anak yang dilahirkannya membuatnya sedih dan kecewa, namun ia tidak menyimpan dendam, bahkan ia akan memberikan lebih banyak waktu agar anaknya bertumbuh sehat.  Ia sendiri mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi kelak dengan anaknya karena rahasia Tuhan,namun setiap malam ia berdoa sebelum anaknya tidur agar tumbuh menjadi anak yang sehat. soleh/soleha.

Proses di atas terjadi dan akan terus terjadi selama sang Ibu tidak melupakan kodratnya dan bisa mengesampingkan egonya. Namun, kadangkala ada seorang ibu yang setelah melahirkan anaknya malah kembali memunculkan egonya, bahkan  tidak ingin mengurusi anaknya. Alangkah sia-sia pengorbanannya selama ini dan bahkan ia tanpa disadari akan memutus bagian dari “jiwa” anaknya terhadap dirinya.  Seorang ibu adalah cantik dari sifat dan caranya membesarkan anak-anaknya, bukan dari kosmetik dan tas mahal yang dibawa-bawanya saat melakukan pertemuan, bukan pula dari foto selfienya.  Kecantikan yang dimiliki seorang Ibu semakin akan terpancar ketika ia dengan penuh kasih sayang merawat dan membesarkan anak-anaknya. Ia akan bertambah cantik jika ia bisa menyeimbangkan kehidupan duniawi dan spiritualnya.

Seorang anak sejak balita perlu diberikan pemahaman mengenai kehidupan, mengenai ibu dan ayahnya dan mengenai sifat-sifat baik yang perlu ia kembangkan. Ibu yang bijak tidak akan mendendam ketika marah melihat kenakalan anaknya, ia juga tidak akan merasa tersaingi ketika sang ayah membagi kasih sayangnya kepada buah hatinya karena ia menyadari bahwa ia dan anaknya adalah bagian dari jiwa yang tidak terpisahkan.

Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi dan pencerahan bagi seorang anak agar ia senantiasa tidak melupakan belahan jiwanya yang sesungguhnya, berterimakasih dan mendoakan orang tuanya. Demikian pula kepada seorang ibu karena antara mereka tak ada jarak atau dimensi yang bisa memisahkan. Bagi soerang ayah, semoga bisa menambah kecintaannya kepada sang istri begitupula dengan anak-anaknya. Amin