Ketika dikatakan lebih dari 80% penyakit bersumber dari faktor pikiran atau psikologis, maka penyembuhan yang dilakukan dalam Hypnosis atau disebut Hypnotherapy bersumber dari dalam diri client itu sendiri. Tegasnya dapat dikatakan bahwa seorang Hypnotherapist hanya berperan membantu mencarikan solusi dengan berbagai hypnotherapeutics yang ada dan sugesti-sugesti yang sesuai untuk mempercepat Client menemukan jalannya sendiri dalam menyembuhkan penyakit atau gangguan psikologis yang dialami. Oleh sebab itu dikatakan bahwa All Hypnosis is Self Hypnosis!
Beberapa indikator yang menjadi referensi bahwa sebuah terapi berasal dari faktor internal client sendiri adalah:
- Adanya kemauan dari seorang Client untuk mengikuti sesi Hypnotherapy. Artinya, ketika si client menyadari pentingnya ia mengikuti hypnosis atau hypnotherapy maka itu sudah menjadi modal awal penting untuk sembuh. Sebaliknya, ketika ia menolak karena alasan tertentu, maka hypnosis atau hypnotherapy tidak akan berjalan mulus (dengan teknik rapport tertentu seorang terapis bisa membawa client memasuki trance, misalnya melalui saluran alamiah berupa kesenangan atau hobi client kemudian setelah ada connectedness dengan pikiran bawah sadarnya, client mau menerima sesi terapi dengan berbagai metafora atau sugesti yang ujungnya adalah untuk menyembuhkan gangguan psikologis atau penyakit klien tersebut)
- Dalam kondisi hypnotic state yakni pada gelombang otak alpha dan theta, klien bisa mendengarkan semua sugesti dari hypnotherapist dengan jelas, karena titik fokusnya menjadi satu yakni suara hypnotherapist tersebut yang berarti pula ia memiliki kuasa atas proses hypnotherapy. Jika ia merasa tidak nyaman, kapan saja ia bisa keluar dari kondisi tersebut. Mengenai badan yang terasa berat atau sulit digerakkan itu murni karena sudah terjadinya relaksasi yang dalam dari semua syaraf pada tubuh klien, persis saat orang saat tidur malam namun bedanya pada tidur malam, gelombang otak mencapai delta yang non-sugestif.
- Bahkan sebelum memasuki sesi hypnotherapy, ketika dilakukan rapport antara hypnotherapist dan client, apabila hypnotherapistnya bisa melakukan reframing terhadap persepsi client dalam melihat masalah yang dihadapinya, dan si client mampu berpikir kreatif dan solutif dengan memisahkan antara masalah dan tujuan yang ingin ia capai, maka tidak jarang sesi pertama saja client sudah bisa sembuh tanpa harus memasuki teknik-teknik mencapai trance dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa yang pintar atau cerdas itu sebenarnya client sendiri.
Dari uraian dalam artikel ini secara sederhana penulis ingin menyampaikan pesan bahwa proses Hypnosis atau Hypnotherapy sebenarnya sangat alamiah dan tidak perlu terlalu dicemaskan atau ditakutkan secara berlebihan. Untuk mendapatkan seorang hypnotherapist yang piawai dalam merancang rapport, mencari jalan masuk ke hypnotic state dan membuat sugesti yang sesuai inilah dibutuhkan pengalaman atau jam terbang dari seorang hypnotherapist karena ia harus memadukan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi client, pikiran bawah sadar, psikologi dan kemampuan memberdayakan diri client secara baik dan benar. Yang mungkin menjadi kendala dari teknik ini adalah ketika seorang client tidak menemukan hypnotherapist profesional yang memiliki kemampuan komunikasi dan atribut yang dibutuhkan seperti yang ditulis diatas, maka ada kemungkinan ia akan mendapatkan sugesti yang kurang tepat, misalnya, apalagi jika hypnotherapist tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang masalah yang dihadapi (melakukan generalisasi saja), tidak rajin mendengar dan dominan leading terhadap client maka proses kesembuhan menjadi jauh dari harapan.
Semoga artikel ini bermanfaat khususnya bagi pembaca yang memerlukan pertimbangan menggunakan jasa hypnotherapist untuk mengatasi gangguan psikologis atau psikosomatis.