Setiap manusia pasti memiliki kejujuran dan kejujuran ini bisa menjadi tolok ukur seberapa jauh bias atau bahkan gangguan kejiwaan yang dimilikinya. Semakin jujur ucapan dan sikap seseorang, maka akan terlihat apa yang ada di dalam pikirannya. Sebaliknya, semakin banyak berbohong ditambah lagi dengan perbuatan yang tidak sinkron semakin menandakan adanya bias dalam pemikiran dan semakin besar potensi gangguan kejiwaannya.
Ucapan jujur memang terasa pahit untuk didengar, namun sebagaimana obat, pahit itu akan menyembuhkan. Sayangnya banyak orang dewasa ini yang tidak menyukainya karena dianggap naif, bodoh, bahkan membawa ketidakberuntungan dalam hidup. Hal ini disebabkan karena tolok ukur yang dipakai berbeda-beda dan cenderung menilai dari sisi materialistis saja. Bisa dipahami ketika berbicara menyangkut uang maka kejujuran tidak banyak membantu membuat seseorang menjadi kaya, misalnya dalam bisnis. Namun hal ini sebenarnya merupakan bias dalam pola pikir karena melihat dan merasakan dari sisi menjaga kesenangan atau kenikmatan duniawi saja. Sedangkan, pada tahap akhirnya nanti semua akan kembali kepada spiritualitas karena hanya pendekatan melalui spiritualitas atau ruhaniah inilah yang akan membawa kebahagiaan yang hakiki.
Bias dalam pola pikir dengan beranggapan kejujuran merupakan penyebab banyaknya kegagalan dalam hidup pada mulanya tidak memberikan efek samping yang merusak, namun semakin tenggelam dengan ketidakjujuran, maka akan membawa berbagai masalah seperti:
- Tidak selarasnya hubungan duniawi dan Ilahiah
- Muncul prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain karena menilai bahwa orang lain semuanya sama dengan dirinya
- Kerusakan otak akibat pertentangan antara bathin dengan apa yang dipikirkan. Karena ketidakjujuran yang menilai adalah hati atau batiniah, sedangkan otak baik “hardware” maupun “software” nya akan mengalami gangguan atau kegagalan. Secara fisiologis maka syaraf otak akan terganggu dan berakibat berbagai penyakit termasuk stroke yang biasanya muncul dari pikiran atau prasangka negatif terhadap orang lain, kemudian secara psikologis, pikiran pun akan terganggu karena berbagai kebohongan baru yang harus diciptakan untuk menutupi kebohongan yang sudah dibuat sebelumnya. Semua ini berakibat pada gangguan psikologis atau mental dan akhirnya akan muncul stres, depresi bahkan ada yang sampai menjadi gila.
Untuk menjaga kesehatan pikiran, tubuh dan jiwa, seyogyanya kejujuran tetaplah menjadi hal yang utama. Ia sebenarnya merupakan salah satu kunci utama dari keselarasan dan obat bagi berbagai penyakit hati. Kesuksesan karena ketidakjujuran tidak akan langgeng bahkan akan membawa kemerosotan bathin. Sedangkan kesuksesan karena kejujuran pada mulanya akan mengalami banyak hambatan, pertentangan, ujian dan sebagainya, namun ia akan membawa manusia menuju kesuksesan yang hakiki yakni kebahagiaan sejati.
Dari ucapan dan tulisan yang ada di berbagai media seringkali bisa ditangkap apakah ada kejujuran atau tidak di dalamnya. Seringkali orang-orang meralat apa yang telah secara jujur ia ketahui demi menyelamatkan diri dan melindungi berbagai kepentingan. Hal ini menimbulkan pertentangan bathin baru dan semakin lama, maka yang muncul ke permukaan dari orang yang biasa meralat kejujurannya adalah kebohongan yang semakin jelas, termasuk didalamnya muncul kebiasaan menipu orang lain, merekayasa kasus dan sebagainya. Berapa lama hal ini bertahan?
Tidak heran jika kita menemukan banyak penyakit yang dialami seseorang tanpa diketahui sebabnya secara medis. Sebelum kita mencari penyebab dari luar seperti kena santet, guna-guna atau energi negatif lain yang mungkin saja bisa bersarang dalam tubuh, sebaiknya kita melakukan introspeksi apa yang telah kita pikirkan, kita ucapkan dan kita perbuat. Apakah selama ini kita sudah jujur dengan diri kita sendiri atau belum.
Semoga artikel ini bisa memberi manfaat bagi kita yang ingin segera melakukan transformasi diri sebelum terlambat.