Bagi para petualang spiritual, misteri kehidupan masa lalu (past life) merupakan sebuah fenomena yang tidak asing lagi didengar. Kehidupan lalu ini sulit dijelaskan dengan logika awam, namun memiliki beberapa ‘tanda’ atau ‘pesan’ yang dibawa oleh mereka yang meyakininya. Ketika berbicara masalah Past Life tentunya tidak terlepas dari keyakinan dalam agama Hindu dan Buddha yang mengajarkan tentang reinkarnasi.
Sebelum meneruskan membaca artikel ini, penulis ingin menyampaikan kepada para pembaca, khususnya bagi yang tidak mempercayai Past Life ini mungkin bisa dijadikan referensi atau menambah wawasan semata.
Artikel ini tidak lagi membahas tentang konsep reinkarnasi karena sudah pernah ditulis pada artikel sebelumnya. Penulis hanya ingin menyampaikan pengalaman sahabat penulis sebut saja Mr. A yang memiliki kemampuan untuk melihat kehidupan masa lalu ini. Berikut adalah sekilas informasi yang penulis dapatkan:
Menurut literatur mengenai Buddha Tibet, bahwa seseorang yang telah meninggal maka ruhnya akan melewati sebuah dimensi yang disebut Bardo sebelum ruh tersebut kembali menitis pada kehidupan berikutnya. Banyak sekali yang tidak ‘membawa’ ingatan tentang kehidupan sebelumnya saat melewati dimensi ini. Hanya sedikit saja yang bisa membawa ingatan (memory) saat terlahir kembali. Oleh sebab itu sedikit pula yang secara alamiah bisa melihat ‘past life’ nya.
Mr. A (ia sengaja meminta untuk tidak dituliskan namanya), sahabat saya ini kebetulan memiliki kemampuan alami untuk bisa menembus dimensi kehidupan lalu baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Ia pernah bercerita bahwa
- pada kehidupan sebelumnya, ia pernah terlahir di negara Amerika Serikat pada sekitar tahun 1940-1950 an, namun sayangnya yang ia hanya ingat dengan jelas adalah ketika ia berkendara menaiki mobil sedan dengan kap terbuka di jembatan Golden Gate yang terkenal itu. Saat itu yang ia lihat dan rasakan adalah saat kendaran yang ia kemudikan bersama rekan wanitanya bertabrakan dengan kendaraan lain.
- Ia juga pernah melihat melalui mata ketiganya melalui proyeksi astral, bahwa ia pernah terlahir dua ribu tahun silam di sebuah hutan bersama para bhikku. Namun ia tidak melanjutkan ceritanya karena dalam kehidupan sekarang ia memiliki keyakinan yang berbeda dengan waktu itu.
- Mr. A ini juga pernah melakukan proyeksi astral melalui meditasi yang ia lakukan untuk melihat ‘past life’ dari saudara kandungnya, seorang wanita. Namun, anehnya pada kehidupan masa lalu saudaranya tersebut, ternyata saudaranya pernah terlahir sebagai laki-laki dan bertugas sebagai penglima di sebuah istana pada salah satu Dinasti di Tiongkok.
- Di kesempatan lain, ia juga melihat bahwa saudara kandungnya memiliki ‘past life’ di sebuah negara di Eropa, mungkin di Belanda, Denmark atau Swiss, dalam wujud seorang perempuan yang bekerja di dekat kincir angin.
Namun sayang sekali, sahabat saya itu tidak banyak menceritakan apa yang dilihatnya karena ia sempat merasakan bahwa ia hanya ingin melihat sekilas identitas baik dirinya maupun saudaranya tersebut. Ia juga mengatakan bahwa ketika ia selesai melakukan proyeksi astral tersebut, ia merasa sangat lelah. Oleh sebab itu, ia tidak serta merta mau membantu semua orang untuk melihat tentang masa lalunya.
Penulis juga sempat bertanya apakah ada ciri-ciri, tanda atau pesan yang dibawa dalam kehidupan sekarang dari dirinya sendiri dan saudaranya tersebut. Ia menjelaskan sebagai berikut:
- Dirinya sendiri merasa tidak mendapatkan kesulitan untuk menguasai Bahasa Inggris pada usia yang sangat muda dan setiap kali ia melamar bekerja di perusahaan asing yang dimiliki orang Amerika dan Eropa, ia selalu saja diterima bekerja dengan mudah. Di samping itu, ia juga sejak usia sangat remaja sudah menguasai bahasa filosofis seperti yang ditemukan dalam kitab suci Dhammapada. Bahkan ia memiliki pengalaman spiritual tersendiri untuk itu tapi sayangnya sahabat saya itu tidak ingin menjelaskannya lebih lanjut.
- Terhadap saudaranya, ia melihat beberapa ciri atau tanda yang masih dibawa pada kehidupan sekarang, misalnya jiwa kepemimpinan dan mengayomi walaupun ia seorang perempuan tetapi masih membawa sifat sebagai seorang pemimpin (sifat bawaan saat ia dulu terlahir sebagai seorang panglima di sebuah dinasti di Tiongkok). Di sisi lain, menurutnya, saudara perempuannya itu juga rajin dengan berbagai ketrampilan wanita seperti memasak dan lain-lain (sifat bawaan dari saat ia dahulu terlahir sebagai seorang wanita desa yang rajin bekerja di sebuah daerah di Eropa).
Sekalipun bagi pembaca yang tidak mempercayai adanya reinkarnasi dan ‘past life’ ini, namun bagi sementara orang proses ini mengandung makna filosofis tertentu yang dapat meningkatkan kualitas spiritual atau bahkan langkah penting menuju pada pencerahan spiritual (enlightment). Penulis mencatat beberapa pesan moral dari sahabat penulis tersebut yang kurang lebih intinya adalah sebagai berikut:
- Dalam kehidupan kita ini, seyogyanya kita senantiasa saling menghormati dan menghargai tanpa membedakan jenis kelamin dan status. Bisa saja pada kehidupan lalu seorang wanita yang terlahir sekarang, pada kehidupan lalu merupana ‘ibu’ nya, ‘anak’nya, ‘kekasih’nya atau apa saja. Sehingga penghargaan terhadap seorang wanita menjadi hal yang penting.
- Perjumpaan kita dengan orang lain mungkin saja merupakan proses karma (sebab akibat) sehingga orang tersebut ‘berjodoh’ untuk bisa bertemu dengan kita. Untuk itu, setiap kekerasan, pelecehan atau perbuatan tidak menyenangkan tidak boleh terjadi sebab mungkin saja dalam proses reinkarnasi ini ada beberapa ‘hutang karma’ yang harus diselesaikan dengan cara perbuatan baik.
- Kejadian yang menimpa kita saat ini bisa sajat merupakan hasil atau buah karma dari kehidupan sebelumnya. Termasuk bila mengalami berbagai peristiwa baik kecelakaan, kemalangan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dengan mempelajari kondisi ‘past-life’ tersebut, dapat dipetik pelajaran untuk bisa menerima dengan ikhlas dan berusaha untuk tetap tabah karena ada harapan peristiwa ini tidak membuahkan hal buruk lainnya di kehidupan berikutnya.
- Dengan meningkatkan sikap mental atau moralitas yang baik, maka diharapkan pada siklus kelahiran berikutnya, akan terlahir dalam keadaan atau keluarga yang lebih baik dan mencapai perkembangan spiritual yang lebih tinggi.
Penulis sendiri kagum dengan berbagai konsep atau falsafah yang dipaparkan ini, namun bagaimanapun juga penulis meyakini bahwa semua orang memiliki keyakinan yang berbeda-beda dan tidak dapat dipaksa untuk meyakini sebuah ajaran atau doktrin tertentu. Adalah hal yang bijak menambah wawasan tapi tidak mencampuradukkan dengan agama atau keyakinan yang dianut sehingga tidak menjadi orang yang bimbang. Menurut penulis, adakalanya dalam perkembangan mental spiritual, kita tidak bisa menutup mata dan kita juga perlu menjaga keselarasan dan keharmonisan antar penganut agama atau keyakinan sehingga terhindar dari persepsi buruk dan perbuatan yang tidak memberdayakan diri.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.