Jika dilihat dari pandangan spiritual dan parapsikologi, maka aura dapat dikatakan
” …personal aura is a field of subtle, luminous radiation surrounding a person or object like the halo or aureola in religious arts. The depiction of such an aura often connotes a person of particular power or holiness. It is said that all objects and all living things manifest such an aura. Often it is held to be perceptible, whether spontaneously or with practice: such perception is at times linked with the third-eye of Indian spirituality.
Bagi ilmuwan yang meragukan atau tidak mempercayai adanya aura,
Skeptics such as Robert Todd Carol contend that people may perceive auras because of effects within the brain:synestesia, epilepsy, migraines, or influnce of psychedelic drugs, such as LSD. Other causes may include disorders within the visual system, provoking optical effects. Eye fatigue can also produce an aura, sometimes referred to as Eye burn. (Wikipedia)
Namun bagi seorang Cenayang (Psychic), Aura itu nyata. Dengan “membaca” aura seseorang, ia dapat mengetahui berbagai informasi tentang orang tersebut, antara lain kualitas mental atau spritual, kondisi kesehatan bahkan talenta seseorang. Aura dapat dilihat memancar di atas lapisan tubuh eterik (tubuh energi lapisan pertama setelah tubuh fisik) yang berwarna putih. Bahkan aura seseorang yang mengalami proses menuju kematian dapat menunjukkan berapa nilai religius orang tersebut semasa hidup. Berikut adalah ceritanya:
Kira-kira 6 jam setelah dinyatakan secara medis meninggal pada malam itu, tepatnya Pk 1.30 dini hari saat berada pada ruang pendingin di sebuah rumah persemayaman, saya yang saat itu terus memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar arwah ibu saya diterima oleh Nya dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya, juga berdoa untuk diberikan sedikit “penglihatan” akan proses yang terjadi pada ibu saya.. Saya melihat ada seperti setetes air (water drop) yang terbalik keluar dari wajahnya berwarna ungu. Setelah itu saya melihat pancaran warna aura yang berada disekeliling kepalanya memancar berwarna ungu selama beberapa detik, kemudian disusul warna violet beberapa detik juga yang bergerak dari kiri kanan. Setelah warna violet tersebut hilang, saya memperhatikan dua hal yakni tubuh ibu saya yang telah meninggal 6 jam sebelumnya, mulai mengalami perubahan warna, bermula dari sisi kiri tubuhnya menjadi pucat dan terus bergeser ke tengah dan akhirnya sebelah kanan tubuhnya, dan secara utuh tubuhnya sekarang menjadi pucat. Hal kedua yang saya rasakan adalah saya mencium harum yang keluar dari tubuhnya menyebar ke seluruh bagian ruangan tersebut. Pada saat itu saya memanggil dua orang saudara perempuan saya untuk memasuki ruangan dan saya bertanya apakah ia mencium harum di ruangan itu… dan ya mereka berdua juga bisa mencium harum di ruangan tersebut..
Dari keterangan yang disampaikannya, nampak bahwa ia memang memiliki “Gift” dari Tuhan YME berupa kemampuan melihat suatu proses setelah kematian. Terlepas dari pandangan yang pro dan kontra, tetapi kemampuan cenayang (psychic) yang berasal dari mata ketiganya benar-benar terjadi, bukan dalam kondisi tidur atau mata tertutup.
Hikmah dari kejadian ini menunjukkan bahwa kadar spiritualitas seseorang dapat dilihat beberapa jam setelah fisiknya dinyatakan secara medis meninggal. Hal ini pun menurut penulis bukanlah halusinasi tetapi nyata, karena ia bisa meminta pendapat orang lain, dalam hal ini dua orang saudaranya untuk menggunakan indera penciumannya ketika ruangan tersebut menjadi harum, dan ternyata dua orang saudaranya tersebutpun mengakuinya.
Memang kematian adalah misteri, dan mungkin saja tidak semua yang memiliki kemampuan spiritual atau cenayang mampu melihat proses yang seperti yang dilihat oleh teman saya tersebut. Namun, hikmah yang bisa kita petik adalah bahwa manusia memiliki sisi spiritual Ilahiah yang tidak bisa ditembus begitu saja oleh akal pikiran manusia seperti para ilmuwan karena tersirat di dalamnya adalah rahasia Ilahi, hanya Tuhan dan hamba Nya yang terpilih untuk dapat menyaksikan berbagai fenomena astral seperti itu. Kejadian ini juga menguatkan bahwa aura itu ternyata memang ada sekalipun tidak semua dari kita bisa melihat atau menyelami hakekat terdalam antara aura dan kematian.
Semoga kisah nyata tersebut dapat memberikan hikmah kepada kita semua. Amin.
—
Catatan penulis, aura photography cukup membantu dalam memunculkan warna-warna aura, namun tidak sama persis dengan yang dilihat dengan mata ketiga dari seorang Cenayang (Psychic). Namun setidaknya ada unsur yang menyerupai yakni warna yang muncul dengan pemotretan berdasarkan panjang pendeknya gelombang elektromagnetik tubuh adalah warna yang juga dilihat melalui mata ketiga. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis saat mengikuti aura photography. Namun ini tidak menjamin seratus persen jika ada mesin yang mengalami malfungsi dan sebagainya.