Fenomena hantu merupakan hal yang sering kita dengar dan temukan dalam berbagai perbincangan di tengah masyarakat, bahkan sejak kecil pun tanpa disadari sebagian besar orang tua dulu, mungkin masih sampai ada beberapa sampai saat ini, menggunakan kata ‘hantu’ tersebut misalnya untuk menakut-nakuti anaknya yang dikhawatirkan suka bermain saat menjelang malam tiba. Namun, ternyata dari berbagai literatur dan pengamatan dari penulis sendiri, istilah ‘hantu’ ini bisa dikatakan ‘overuse’ (berlebihan digunakan), mulai dari apapun penampakan entitas ghaib yang dilihat sampai dengan yang bersifat halusinasi. Namun dalam artikel ini kita belum membahas tentang perbedaan entitas ghaib dan halusinasi ya. Kita hanya membedakan antara hantu dan jin, sosok entitas yang banyak menjadi perbincangan di negara kita khususnya, apalagi setelah melihat acara-acara di televisi yang berkaitan dengan alam lain.
Bagi mereka yang tidak memiliki hasrat mengenal tentang entitas ini, dipersilakan untuk tidak melanjutkan membaca artikel ini. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang spiritual, ingin sekedar mengetahui bahkan mungkin paranormal, tentunya artikel ini menjadi sebuah tulisan yang menarik untuk disimak. Terlepas dari apapun keyakinan kita, namun apa yang coba penulis paparkan di sini adalah berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi penulis. Mungkin tidak semua secara detil dipaparkan di sini karena artikel ini sifatnya hanya berupa tulisan pendek. Untuk membahas panjang lebar bisa dengan mengikuti pelatihan atau konsultasi metafisika yang diadakan penulis.
Menurut penulis, hantu (ghost) berbeda dengan jin, sebab hantu merupakan entitas yang muncul baik dari manusia atau hewan yang telah meninggal. Karena arwah nya belum sempurna atau disempurnakan maka hantu akan terus tinggal atau berada di alam yang ditinggali manusia, seperti di rumah atau daerah tertentu misalnya di tempat kejadian kecelakaan. Sering dikatakan bahwa mereka masih berada di bumi ini karena belum mendapatkan terang (light) yang membimbing mereka memasuki dimensi selanjutnya. Dari pengamatan penulis, hantu ini bisa berada kapan saja termasuk pagi, siang, sore maupun malam. Namun, karena selama matahari bersinar terang atau rumah yang terang benderang, maka entitas ini kebanyakan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun menggunakan rasa atau pendengaran untuk mengetahui kehadirannya. Keberadaan hantu ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adanya keterikatan yang dalam dengan nafsu rendah/ duniawi misalnya atas sifat materilistis yang amat sangat sehingga sekalipun seseorang telah meninggal, arwahnya akan terus ingin dekat dengan barang atau kekayaan yang pernah ia dapatkan semasa hidup. Di samping itu kebencian, dendam kesumat, dan sebagainya juga menghambat mereka untuk mendapatkan terang (light) menuju dimensi selanjutnya. Salah satu kisah nyata yang pernah dimuat penulis adalah pada artikel “Mata Seorang Cenayang 4: Fenomena Clairaudience”.
Sedangkan Jin (=Jinn) bukanlah berasal dari arwah orang yang telah meninggal, melainkan entitas ghaib yang memang terbuat dari api. Api di sini bukanlah api dalam kapasitas yang sama dengan api yang ada di dunia kita, namun lebih panas dan bahkan dalam hitungan detikpun kita tidak akan tahan jika kita merasakannya. Jin ini bisa menyerupai manusia maupun makhluk lain yang berwajah buruk dan seringkali disalah artikan sebagai hantu. Jin biasanya muncul atau entitasnya muncul menjelang malam sampai dini hari karena mereka menjadi lebih kuat dengan menyerap energi malam hari yang bersifat Yin. Jinn, selain menghuni tempat-tempat yang beraura negatif, juga bisa bersemayam sebagai ‘perewangan’ yang selalu mengganggu manusia, baik memberi kesan seolah-olah membantu orang tersebut dengan cara bisikan-bisikan, maupun berupa penyakit yang tidak bisa ditangani secara medis. Penulis pernah melakukan pengusiran jin saat melakukan terapi terhadap warga Indonesia yang berdomisili di Singapura, dimana ia mengalami masalah dengan kaki kanannya sehingga ia harus berjalan pincang dan menggunakan tongkat (Sebagai catatan, ketika jin ini telah ‘bersarang’ pada tubuh manusia, maka pengaruh energi negatifnya akan menetap pada orang tersebut dan semakin lama semakin berat penyakitnya bahkan bisa lumpuh). Saat dilakukan pembersihan dengan energi fungsional Prana Shakti, terasa panas yang luar biasa dari kaki orang tersebut dan bahkan penulis tidak bisa bertahan menyalurkan energi dalam hitungan beberapa detik. Sehingga perlu dilakukan terapi beberapa kali dalam satu kesempatan. Namun, setelah mendapatkan terapi dan sekaligus mendapatkan penyelarasan, maka pasien tersebut bisa langsung merasakan perubahan pada kakinya. Sudah lebih dari empat tahun ia menderita dan segera setelah mendapatkan terapi dan penyelarasan ini ia bisa berjalan dengan lebih baik seperti sedia kala. Selain itu, untuk kisah nyata lain bisa dibaca di artikel mengenai “Mata Cenayang..” yang telah ditulis sebelumnya.
Memang tidak semua fenomena alam ghaib atau astral ini bisa ditangkap oleh seorang indigo, karena dari pengamatan penulis ternyata alam astral inipun memiliki beberapa lapisan, baik yang berada pada dimensi yang kita tempati, maupun pada dimensi mereka sendiri. Bahkan untuk kelompok Jin ini, mereka bisa menyaru misalnya pada kelompok jin yang suka ‘iseng’, mereka bisa saja menampakkan diri mereka dalam wujud orang tua bersorban atau menyerupai keluarga kita yang sudah meninggal padahal ketika ditelusuri lebih jauh mereka memiliki wujud yang berbeda. Di sini letak kesulitan bagi mereka yang memiliki kemampuan clairvoyance tahap awal dan biasanya langsung menyimpulkan bahwa yang ia ‘lihat’ adalah benar seperti apa yang ia yakini. Memang untuk memiliki kemampuan lanjutan, selain dibutuhkan kedalaman spiritual, juga ada pengaruh dari ‘gift’ dari Sang Pencipta sendiri, misalnya pada anak indigo yang memiliki kepekaan yang lebih (acutely sensitive) dan hal ini tidak bisa diketahui dengan mudah karena bersifat rahasia Ilahi.
Demikian artikel ini semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua.