llmu Bela Diri dan Tenaga Dalam

Kita sudah mengenal banyak sekali jenis kesenian bela diri di tanah air, mulai dari Pencak Silat yang asli nusantara dengan berbagai alirannya, kemudian ilmu bela diri seperti Wushu, Karate, Taekwondo, Kempo, Thai Boxing, Ninjutsu, dan lain-lain yang berasal terutama dari Tiongkok, Jepang, Korea dan Thailand. Masih banyak lagi jenis bela diri dari negara lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Di dalam seni bela diri itu juga termuat berbagai teknik tenaga dalam yang memiliki berbagai konsep filosofis yang berbeda dan cara pembangkitan yang berbeda pula.

Penulis ingin sedikit sharing mengenai ilmu bela diri ini dimana sebagai salah seorang mantan praktisi, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh, antara lain:

  • Latihan fisik baik berupa gerakan atau jurus-jurus seperti ‘kembang’, ‘kata’, atau sebutan lain, sebenarnya mengandung falsafah penting kehidupan di samping memperkuat pernafasan, olah tubuh, kuda-kuda dan sebagainya. Harmonisasi gerakan tidak selalu harus keras dan cepat tetapi ada pola atau ritme tertentu yang seirama dengan keseimbangan universe (alam semesta).  Yang paling menonjolkan pola terakhir ini seperti pada Aikido dan Tai Chi.
  • Latihan bela diri menanamkan jiwa ksatria, dimana para praktisinya lebih memegang prinsip dan jiwa sebagai satria dalam setiap kesempatan. Bukan menonjolkan perbedaan dan adu kekuatan atau siapa yang paling hebat, tetapi mampu membawa diri, mengolah rasa dan menjadi panutan dalam bersikap.
  • Latihan bela diri juga mencerahkan pikiran, karena tentunya dengan olah tubuh dan olah rasa, maka kesehatan akan meningkat sehingga pikiran akan menjadi lebih terang.
  • Latihan bela diri tenaga dalam pada dasarnya, lebih menekankan pada konsentrasi pernafasan. Dalam bela diri seperti Wushu (yang banyak dikenal (dan sempat disalahartikan sebagai Kungfu *), umumnya melakukan olah nafas dan konstrasi pada dan tian, yang biasanya dilatih adalah dan tian bawah yang berada beberapa centimeter di bawah pusar.
  • Adapula pembangkitan tenaga dalam dengan berbagai ritual yang pada dasarnya membutuhkan tingkat keyakinan penuh. Aliran bela diri tradisional seringkali menggunakan mantra, amalan, dan ritual tertentu yang kadangkala terkesan mengandung unsur ‘klenik’ namun sebenarnya tidak, karena jika dipandang dari segi psikologis, merupakan teknik untuk memasuki kondisi ‘trance’ sehingga ketika tercapai kondisi puncak karena keyakinan praktisi melampau berbagai rasa sakit dan ketakutan, maka tenaga dalam menjadi memiliki power yang dahsyat. Dalam aliran tenaga dalam modern, banyak ditinggalkan cara-cara ritual ‘mistis’ karena telah memahami proses pembangkitan secara alamiah.

Dari pengamatan dan pengalaman, sebenarnya anak-anak usia Sekolah Dasar sudah bisa mempelajari ilmu bela diri ini, hanya saja untuk yang aliran keras, dimana menggunakan tarung fisik maupun tenaga dalam sebaiknya setelah anak-anak memasuki usia di atas 13 tahun. Anak-anak berusia di bawah itu cukup diberikan berbagai gerakan dasar baik kuda-kuda, pukulan, tangkisan, tendangan, menghindari pukulan, mengunci, dan sebagainya. Di saat ini sebenarnya anak-anak masih sangat cocok untuk dilatih beberapa ketangkasan seperti split, salto dan sebagainya namun dengan pengawasan dari seorang pelatih.

Para pendekar silat dan ahli bela diri lainnya ketika ingin berprestasi di ajang nasional maupun internasional juga harus dimulai dari usia anak-anak. Elastisitas tubuh kelincahan bergerak dan tentunya menghafal gerakan dengan baik dimiliki oleh mereka dibandingkan dengan orang dewasa. Namun orang tua maupun pelatih seyogyanya menanamkan sifat non-konfrontatif sehingga mereka tidak mudah terpancing emosi saat terjadi konflik dengan teman atau orang lain. Karena “Di atas langit, masih ada langit” yang menunjukkan praktisi tidak boleh sombong apalagi memancing atau memulai suatu tindakan konfrontatif. Anak-anak atau remaja perlu senantiasa diberikan pemahaman akan “ilmu padi”, semakin ia menguasai sebuah keilmuan, selayaknyalah ia semakin menjadi orang yang sabar, bisa menjaga ucapan dan perbuatan serta menjadi tauladan bagi orang lain.

Demikianlah sedikit artikel mengenai filosofis ilmu bela diri. Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Catatan:

Bela diri Tiongkok nama sebenarnya adalah Wushu. Hanya saja kata Kungfu terlanjur populer karena diorbitkan oleh Bruce Lee.  Sebenarnya kata Kungfu artinya keahlian/ mahir dalam suatu bidang.  Jadi, seorang ahli Kungfu tidak hanya ahli dalam bidang bela diri, tapi bisa juga dalam bidang lain, misalnya sastra atau memasak.  Karena istilah ini hampir tidak pernah dipakai untuk yang diluar seni bela diri, maka ‘it’s fine to call Kungfu for martial artists who have mastered their skills”