Kemelekatan & Keseimbangan Holistik

pencerahanMenurut pengamatan penulis, terkait dengan dunia spiritual termasuk esoterik di dalamnya, ada dua hal yang menarik untuk ditelaah, yakni kemelekatan (attachment) dan keseimbangan holistik atau keselarasan. Dalam artikel di bawah ini penulis sengaja membuka wawasan bagi pembaca yang belum mengenal kedua konsep tersebut sehingga diharapkan muncul sudut pandang baru yang memberdayakan, bukan sebaliknya. Dan uraian dalam artikel ini bersifat universal, sehingga tidak  memicu pro dan kontra yang tidak perlu.

Ketika kita berbicara dalam tataran filosofis religius seperti dalam agama Buddha, maka kemelekatan (attachment) menjadi sebuah hal “wajib” yang dibahas terkait dengan hukum sebab-akibat (karma), pencerahan (enlightenment) dan putusnya lingkaran reinkarnasi.  Hal ini disebabkan karena kemelekatan, terutama dengan masalah duniawi seperti harta, kedudukan, orang yang dikasihi, dan sebagainya bisa menjadi pemicu munculnya berbagai karma buruk baik dari pikiran, ucapan maupun perbuatan yang membawa pada penderitaan.  Dengan demikian, maka proses pencerahan (enlightenment) juga sulit dicapai dan akhirnya seseorang akan terus berputar dalam roda atau siklus reinkarnasi terus-menerus.  Sebaliknya, semakin kecil kemelekatan terhadap duniawi akan membawa seseorang memasuki dimensi spiritualitas yang lebih tinggi sehingga tercapai pencerahan dan bukan tidak mungkin pada saatnya nanti akan terputus dari lingkaran reinkarnasi itu sendiri.

Sebelum kita lanjutkan, penulis ingin menyampaikan pesan bahwa artikel ini tidak diperuntukkan untuk memancing perdebatan atau issue tentang berbagai pandangan dari agama-agama di seluruh dunia karena akan sangat memakan waktu serta tidak banyak memberdayakan diri kita, termasuk dalam pengertian kemelekatan dari agama-agama yang mengangkatnya sebagai isu utama itu sendiri. Penulis akan menulis dari sisi dimensi universal yakni konsep filosofis yang memicu kita untuk berpikir secara jernih dalam melihat realita yang ada, bukan melihat dalam bentuk angan-angan kosong.

Dalam ajaran Tao dikenal Yin-Yang, yang merupakan simbol keseimbangan universal. yang memiliki hakekat yang sangat dalam sehingga ketika kita bisa menyadarinya maka kita tidak mudah terpancing untuk menjustifikasi berdasarkan persepsi individu atau berdasarkan internal map masing-masing.  Dalam kehidupan ini selalu ada dualitas, seperti laki-laki (Yang) dan perempuan (Yin), ada siang (Yang) dan ada malam (Yin), dan seterusnya, termasuk Hidup (Yang) dan kematian (Yin) itu sendiri.  Orang bijaksana akan melihat berbagai permasalahan yang dihadapi dari berbagai sudut pandang dan memperhatikan keseimbangan holistik atau keselarasan yang ada di alam semesta ini.  Kembali pada kaitan antara kemelekatan dan hukum sebab-akibat, pencerahan dan reinkarnasi pada paragraf kedua, sangat dibutuhkan pandangan yang bijak mengenai sebab-sebab penderitaan. Pada dasarnya keseimbangan antara duniawi dan Ilahiah menjadi faktor penting dalam menjalankan hidup seutuhnya. Sekalipun ada unsur yang bisa memicu munculnya penderitaan dari adanya kemelekatan, namun dengan kesadaran (awareness) yang lebih tinggi, akan memberikan harmonisasi berupa keseimbangan holistik bagi kehidupan, tidak hanya bagi para lajang tetapi juga bagi perumah tangga.

Begitupula dalam mencapai tataran makrifat atau filosofis yang lebih tinggi, terkait dengan spiritualitas, jika kita mampu menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara yang ada di dalam hati dan apa yang diungkapkan atau dilakukan, dan antara kesadaran mikrokosmik dan makrokosmik,bahkan antara ada dan tiada,  maka kita bisa memasuki kesadaran tertinggi atau disebut pencerahan (enlightenment), sebab kita tidak hanya mampu melihat, mendengar dan merasa, tetapi kita juga bisa menyelaraskan berbagai bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan kita sesuai dengan kehendak Ilahi.

Pencapaian spiritualitas tergantung dari banyak faktor terutama tingkat pemahaman atas esensi kehidupan dan kematian itu sendiri, bukan bentuk atau tampilan fisik yang kasat mata;  kemudian wawasan dan keingintahuan kita untuk mencari kebahagiaan sejati, bukan dogma yang menjauhkan diri dari anugrah Tuhan YME dalam rangka memperbaiki kualitas diri dan kualitas spiritual; serta pandangan yang komprehensif, bukan parsial atas berbagai fenomena yang ada di lingkungan kita dan alam semesta.    Setelah tercapainya pencerahan ini, maka secara otomatis akan terjadi kedekatan yang sangat dalam antara kita sebagai manusia dan Tuhan YME.  Namun, sayangnya tak jarang terjadi kegagalan dalam memahami konsep ini sehingga kita kembali pada kemelekatan dan ketidakseimbangan holistik, dan ini berarti  dibutuhkan waktu yang lebih lama agar bisa memasuki tahapan yang lebih tinggi sebelum mencapai pencerahan itu sendiri.

Semua ajaran agama ketika dipahami dengan baik dan benar, pada dasarnya akan membawa seseorang menuju kepada pencerahan. Namun banyak pemahaman yang masih bersifat materialistis, duniawi dan egosentris mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Apalagi jika dibumbui dengan berbagai pemaknaan yang keliru dan tidak memberdayakan sehingga muncul berbagai benturan dan kesalahpahaman. Penulis tidak bermaksud membuat kesimpulan tentang agama-agama yang ada, namun hanya memberikan kilasan filosofis yang ada dan melatarbelakangi konsep pencerahan itu sendiri, setidaknya dalam pandangan penulis sendiri.

Ketika melepaskan kemelekatan tidak berarti melepaskan kesadaran, dan menjaga keseimbangan holistik  adalah dengan tidak  melupakan proses transformasi , maka pencerahan  bisa lebih mudah dicapai. 

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua !