Sebagaimana dengan segala fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, sisi metafisika seringkali dipertunjukkan dari kemampuan seorang cenayang atau paranormal dan dimensi astral (alam dan makhluk ghaib). Dalam artikel sebelumnya penulis sudah menyajikan berbagai sudut pandang baik ilmiah maupun mistis dari kemampuan clairvoyance dan clairaudience, namun terlepas dari itu, perlu kiranya disimak filsafat dari cenayang dan dimensi astral itu sendiri.
Sebelumnya penulis ingin menyampaikan bahwa artikel ini bersifat universal dan tidak ditujukan bagi mereka yang mungkin tidak tertarik atau memiliki persepsi sendiri yang berbeda dengan yang akan dituliskan berikut. Ini hanya sekedar hasil pengamatan dan pengetahuan penulis dari berbagai pengalaman dan observasi terhadap dunia metafisika ini.
Setiap manusia yang baru dilahirkan di muka bumi ini ibarat benih-benih yang tergantung dari proses alamiah maupun bentukan, akan memberikan nilai tersendiri yang memiliki perangkat khusus yang diciptakan Tuhan YME berupa tubuh jasmani (lengkap dengan berbagai organ baik ‘software’ (pikiran, kemauan, emosi, dan lain-lain), maupun ‘hardware’ (panca indera, kepala, lengan dan tangan, badan, kaki, organ-organ dalam tubuh, dll)), tubuh rohani (ruh, jiwa) dan sebagai jembatan yang menghubungkan jasmani dan rohani tersebut yang berupa tools untuk penyelarasan (aligning tools) yang bagi orang esoterik dikenal dengan istilah kundalini, chakra, sushumna, termasuk di dalamnya adalah kemampuan indera ke enam melalui penglihatan, pedengaran dan perasaan yang pada tataran filosofis kesatuan ‘aligining tools’ ini bisa penulis kelompokkan sebagai atribut kesadaran (awareness attributes). Dengan adanya ketiga komponen tersebut, yakni jasmani, rohani dan ‘aligning tools’ tersebut maka lengkaplah pengertian dari apa yang penulis namakan “holistic human beings embodiment” (perwujudan holistik manusiawi).
Memasuki sebuah kesadaran kosmik (semesta), peranan ‘aligning tools’ (alat penyelarasan) menjadi suatu hal yang penting. Untuk ‘melihat’, ‘merasakan’ dan ‘mengatur’ alat penyelarasan ini bisa digunakan teknik atau pendekatan spiritual seperti meditasi. Namun, banyak orang yang terkendala untuk bisa ‘memasuki’ aligning tools mereka karena mereka belum merubah cara pandang terhadap ketiga perangkat yang mereka miliki, entah karena belum menyadari keberadaan dan manfaatnya, atau memang menjauhkan diri sebelum mereka mulai melakukan observasi secara holistik. Ketidaktahuan adalah hal wajar, karena hampir semua orang juga akhirnya tahu karena belajar, namun ketika penolakan atas suatu pengetahuan terjadi tanpa usaha/ upaya untuk mempelajarinya terlebih dahulu mungkin bisa dianggap sebuah kendala bagi transformasi). Dunia spiritual memang tidak mudah dipahami seperti belajar ilmu pengetahuan biasa karena titik pencerahan berbeda-beda pada setiap orang.
Kemampauan cenayang memang sulit dipahami kebanyakan orang dengan pemahaman otak kiri mereka. Namun, bagi mereka yang gemar mengeksplorasi pikiran bawah sadar dan mengasahnya dengan berbagai teknik konsentrasi seperti pada meditasi, maka mereka lebih mudah memahami fenomena tersebut. Di tataran filosofis, para petualang spiritual biasanya mendapatkan pemahaman atau pencerahan mengenai ‘aligning tools’ sehingga mereka bisa melakukan transformasi spiritual. Namun, disayangkan, ada sementara orang yang belum memahami filosofi dari ‘aligning tools’, kesadaran kosmik dan spiritualisme telah bertindak berlebihan dengan cara merekayasa pengetahuan sedemikian rupa hanya untuk meraup kekayaan.
Transformasi spiritual dapat diperoleh dengan cara:
- Optimalisasi pemahaman dan eksplorasi terhadap tiga perangkat ‘holistic human being embodiment’. Salah satu tekniknya adalah memasuki kesadaran untuk memanfaatkan ‘aligning tools’ yang ada. Orang yang telah memasuki kesadaran ini disebut Master dan bisa membantu sesama untuk masuk pada pencerahan terhadap kesadaran kosmik (makro dan mikro kosmik). Cara ini bisa ditempuh melalui proses pembelajaran dari seorang Master yang mumpuni dalam energi dan filsafat spiritual.
- Dengan mengikuti sebuah perjalanan spiritual yang ia sendiri jalani dengan berbagai ritual atau tirakat seperti berpuasa dan ‘pembersihan diri’ dari berbagai hal-hal atau perbuatan buruk yang menjadi ‘beban’ mencapai tingkatan spiritual yang lebih tinggi. Metode ini bila diikuti dengan keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan, maka menjadi cara terbaik karena tidak hanya penyelarasan kesadaran energi semesta saja yang diperoleh, tetapi ia bisa mengalami transformasi spiritual yang lebih tinggi yakni enlightenment (pencerahan) spiritual.
- Dengan memancarkan berbagai atribut positif yang ada dalam diri ke alam semesta secara tulus, sepenuh hati dan konsisten. Hal ini pada saatnya nanti mampu menyelaraskan energi semesta pada dirinya baik dilakuakan dengan konsentrasi atau tanpa konsentrasi. Seperti doa kepada orang lain yang terus diucapkan, dan akhirnya masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan terproyeksi secara baik ke alam semesta sehingga orang tesebut bisa memasuki kesadaran atau pencerahan makro dan mikrokosmik.
- Dengan adanya intervensi langsung dari Sang Pencipta, Tuhan YME, sehingga praktisi memiliki superconciousness dan timbul kemampuan cenayang dan mampu bertransformasi langsung menuju pencerahan spiritual hanya dengan sedikit saja proses bahkan tanpa melalui proses apapun dari ketiga cara di atas.
Mungkin artikel ini sulit dipahami bagi pemula, namun setelah berulang kali membaca dan berusaha memahaminya, apalagi diiringi dengan pure consciousness untuk melakukan transformasi diri, maka filsafat metafisik ini dapat dipahami dengan mudah. Bahkan filsafat ini langsung membawa pembaca menuju kesadaran akan filsafat spiritual, setidaknya terhadap kesadaran mikro dan makrokosmos terlebih dahulu, sebelum memasuki spiritual enlightenment sesungguhnya.
Semoga artikel ini bermanfaat !