Guru adalah sebuah profesi sekaligus sebutan yang mulia tidak hanya bagi mereka yang tamat dari sekolah keguruan atau Perguruan Tinggi yang mengambil spesialisasi pendidikan, tetapi juga bagi pribadi-pribadi terpilih yang memiliki kualitas dan layak untuk disebut guru. Memang ironis ketika para guru yang telah menjadikan banyak orang-orang sukses dengan gaji yang tinggi, tidak bisa mengenyam kesejahteraan dari segi materiil. Tetapi di antara mereka, yang layak disebut Guru (dengan huruf kapital G) hanyalah sedikit. Mereka yang menyandang Guru (Master) adalah mereka yang:
- Bukan hanya menguasai materi namun yang menjadi ukuran penilaian adalah RUH atau SPIRIT dari seorang Pendidik yakni orang yang ikhlas menurunkan semua perspektif keilmuan yang ia miliki kepada orang lain bahkan ia mampu membentuk dan membimbing orang lain tersebut menjadi pribadi mulia
- memiliki pengendalian diri (self-control) yang baik dari segi pikiran, ucapan dan perilakunya. Mereka menjadi sosok yang bisa dipercaya dan dihormati, sekalipun bagi mereka yang baru saja mengenalnya dalam hitungan menit. Hal ini disebabkan kharisma, pemahaman, intonasi suara dan penampilan yang layak diapresiasi. Bukan karena rekayasa tetapi semua atribut tersebut adalah cerminan dari pribadi yang mulia
- Memiliki attitude yang selaras dengan profesionalisme, bukan ‘attitude’ yang berdasarkan sikap atau perilaku yang ‘enak’ didengar atau dilihat saja. Ia adalah orang yang memiliki integritas dan siap memikul resiko karena sikap profesionalismenya tersebut.
- Seorang Guru memiliki ‘taste’ yang berbeda ketika dihadapkan dengan dua pilihan yang ekstrim, “kekayaan” atau “kesederhanaan”, “ketenaran” atau “kemuliaan”. Ia menjatuhkan pilihan pada kesederhanaan dan kemuliaan daripada kekayaan dan ketenaran karena mereka memahami bahwa banyak kekayaan dan ketenaran memaksa orang-orang untuk bersikap egois, menempuh jalan tipu muslihat, bahkan sering melupakan esensi dari spiritualitas yang hakiki.
- Seorang Guru melihat orang lain dengan kacamata hati dan kebijaksanaan. Ia adalah seorang yang cerdas dari segi logika namun ia tidak terperangkap olehnya.
- Tidak ada hal bodoh yang bisa ‘menutup’ pandangannya terhadap sebuah realitas dan ia bisa merasakan apa yang terjadi di belakang segala tipu daya yang dimainkan sekalipun 90 persen orang lain bisa diperdaya.
- Bagi seorang Guru (Master), kemarahan, caci maki dan keakuan merupakan ‘penyakit’ yang harus ‘disembuhkan’. Berat baginya untuk marah secara membabi-buta, mencaci maki orang lain dan merendahkan orang lain karena ia sadar bahwa ia hidup dalam sebuah ‘panggung’ yang memiliki banyak peran dan pemeran. Mungkin ia telah melihat bahwa ia hanyalah seorang figuran belaka sehingga ia tidak akan mengumbar segala kebencian, kemarahan dan egoisme ketika berada dalam posisi itu.
Berbagai atribut positif yang dimiliki seorang Guru (Master) di atas menjadi alasan mengapa kemunculan mereka seringkali tidak ‘terdengar’ namun ketika ia kembali ke pangkuan Ilahi, namanya senantiasa dikenang. Berbeda dengan mereka yang selama hidupnya dikenal luas namun ketika ‘pergi’ mereka membawa kontroversi tak berkesudahan.
Dilema bagi seorang Guru dalam menghadapi kenyataan dewasa ini adalah bagaimana ia dapat menunjukkan nilai-nilai yang dimilikinya untuk disebarluaskan kepada orang lain tanpa meninggalkan kesan pencitraan. Hidup penuh pro dan kontra dan ia tahu itu. Namun, ia tidak akan terpojok pada satu titik ekstrim sekalipun ia berbicara tentang ‘jalan tengah’. Ia tahu bahwa kehidupan ini unversal dan yang lebih utama adalah berbagi dengan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua orang bahkan semua makhluk. Seorang Guru tidak memandang pilihan karena faktor cari untung tetapi transformasi diri yang membawanya beserta orang lain secara spiritual menuju kesadaran yang lebih tinggi.
Bagi seorang Guru, kesederhanaan yang bagi orang lain adalah kebodohan, namun baginya adalah berkah karena ia bisa mempercepat transformasi spiritual dibandingkan mereka yang terjerat dengan kekayaan. Hal ini dikarenakan faktor kemelekatan (attachment) akibat harta duniawi adalah faktor yang mempersulitnya keluar dari “cinta dunia dan cinta diri” berlebih.
Semoga artikel ini memberikan secercah pengetahuan menyingkap tirai seorang Guru sejati yang keberadaannya langka dewasa ini.