Seringkali kita hanya melihat orang dari penampilan dan gerak-gerik tubuh (body language), padahal banyak sekali terjadi penipuan yang disebabkan kurangnya pemahaman yang baik. Mungkin zaman dahulu bisa saja dengan mudah orang membedakan mana orang yang baik dan mana orang jahat hanya melalui penampilan, seperti pada zaman film yang dimainkan oleh Faruk Afero, sekalipun tetap saja tidak bisa digeneralisasi. Contoh lain, seorang berpenampilan menggunakan baju jas dan berdasi dan pandai berbicara belum bisa jadi jaminan ia adalah seorang kaya raya, sebaliknya seorang yang berpakaian kemeja lengan pendek biasa dan pendiam belum tentu ia adalah orang yang tidak memiliki kemampuan ekonomis lebih rendah daripada yang berjas dan berdasi. Memang ketika melihat penampilan saja atau body language bisa membawa persepsi kita menjadi keliru.
Semakin sulitnya orang mendapatkan kesempatan kerja karena berbagai persyaratan formal seperti pendidikan, ketrampilan dan sebagainya menjadi salah satu sebab timbulnya kriminalitas, apalagi dengan banyaknya faktor di luar nalar sehat seperti nepotisme dan kepentingan golongan tertentu dari pemilik usaha atau orang dalam perusahaan yang berpotensi menghambat calon pekerja untuk bisa diterima seperti faktor gender, kesukuan, agama dan sebagainya yang mulai terjadi di beberapa perusahaan. Dari kenyataan yang ada ini sebenarnya mispersepsi (persepsi keliru) yang muncul baik di kalangan pengusaha atau “orang dalam” perusahaan, antara lain karena:
- Adanya anggapan bahwa semua pekerja lokal kurang produktif. Padahal berita ini hanya diperoleh dari penilaian umum bahkan lebih cenderung melakukan generalisasi atas beberapa kasus saja.
- sarjana dari perguruan tinggi di luar perguruan tinggi tertentu di Pulau Jawa tidak kompeten. Padahal sudah cukup banyak bukti yang tidak menunjang argumen tersebut, misalnya dari tes masuk di beberapa perusahaan Multi Nasional yang dilakukan secara fair.
- ketakutan akan latar belakang seorang calon pegawai, misalnya karena adanya anggapan bahwa seorang laki-laki atau perempuan yang berperawakan atau berpakaian tertentu yang menjadi ciri dari sebuah keyakinan dianggap tidak bisa bekerja optimal. Hal ini juga kebanyakan bersifat generalisasi dan mungkin fobia saja. Persepsi keliru ini akhirnya mengakibatkan munculnya persyaratan A sampai Z yang dapat menghambat orang-orang yang dimaksud bisa diterima bekerja.
- Orang yang berpenampilan keren dan rapih dianggap calon pegawai yang ideal. Padahal penampilan saja tidak cukup bahkan bisa menyesatkan karena setelah bekerja baru ketahuan bahwa yang bersangkutan tidak mampu bekerja seperti yang diharapkan, misalnya.
- Orang yang memiliki Indeks Prestasi di atas 3 dianggap pandai dan bisa memahami semua pekerjaan dan tugas dengan mudah. Padahal bisa saja terjadi angka yang tertulis di atas selembar transkrip ijazah tidak murni atau tidak menjadi jaminan karena yang bersangkutan bisa saja tidak bisa bekerja sama dalam tim, misalnya.
Di sisi lain, bagi orang tua yang ingin menikahkan anaknya juga seringkali terjebak pada persepsi yang keliru karena hanya melihat penampilan saja, seperti:
- bahwa seorang laki-laki yang bisa membahagiakan anaknya adalah laki-laki yang sudah mapan, punya rumah dan mobil pribadi. Padahal jebakan persepsi yang keliru bisa berakibat si anak mendapatkan laki-laki yang tidak setia, atau tidak bisa memahami keluarga dengan baik.
- bahwa seorang perempuan yang ideal menjadi calon menantu adalah perempuan yang pandai memasak dan berparas cantik. Padahal tidak bisa digeneralisasi demikian. Bisa jadi perempuan yang dimaksud malah tidak betah di rumah atau tidak setia.
Masih banyak fenomena dari pengambilan keputusan berdasarkan penampilan atau gerak-gerik tubuh. Dewasa ini semakin banyak orang pandai yang mampu menyelami kelemahan pandangan umum sehingga penyesalan demi penyesalan akan muncul setelah mengetahui hal tersebut. Untuk itu, ada beberapa cara yang cukup efektif untuk melihat tentang kepribadian seseorang, seperti:
- melakukan komunikasi terlebih dahulu sebelum membuat kesimpulan atau pendapat mengenai seseorang. Biasanya lewat beberapa kali komunikasi secara langsung, akan terlihat pola kepribadian orang tersebut
- lakukan beberapa tes sederhana yang tidak diketahui oleh orang yang kita maksud, misalnya saat berjalan dengan orang tersebut untuk makan malam atau pergi ke sebuah pertunjukan, tiba-tiba anda merasa tidak nyaman karena ada gangguan pencernaan sehingga anda membatalkan pergi bersama (sebagai tes kesabaran dan melihat watak orang tersebut)
- meminta orang tersebut membantu anda untuk melakukan suatu pekerjaan ringan,seperti membukakan pintu,mengambilkan sesuatu atau membeli sesuatu di warung atau toko terdekat. Dari sini terlihat apakah orang tersebut berubah ekspresinya seperti menjadi marah-marah, jengkel atau bahkan meninggalkan anda. Spontanitas akan terlihat dan ini bisa menjadi salah satu referensi bagi anda melihat kepribadian seseorang. Tetapi tentunya anda tidak perlu melakukan tes secara berlebihan juga, bukan?
- Berikanlah kesempatan yang sama kepada semua orang yang dianggap telah memenuhi syarat sederhana secara formil, lalu lakukan tes masuk tertulis baik psikotes maupun materi yang khusus untuk calon pekerja di bagian tertentu dan interview (khusus bagi perusahaan). Ini cukup memberikan bukti bahwa seseorang itu memiliki karakter, kapasitas dan pengetahuan yang setidaknya bisa menjadi acuan awal untuk proses penerimaan pegawai. Hindarilah persepsi keliru dengan cara menghambat calon-calon potensial dan profesional untuk bergabung, seperti persyaratan yang tidak masuk akal.
Beberapa cara bijak di atas dapat mengurangi resiko dari persepsi yang sering keliru. Perlu diingat bahwa untuk memahami seseorang tidak bisa hanya melalui penampilan atau body language saja, apalagi jika didasarkan pada faktor non teknis dan subyektif seperti suku, agama dan sebagainya. Biasakanlah umtuk melihat suatu peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi secara utuh. Pertimbangan karena beberapa kasus yang pernah terjadi boleh saja dilakukan tetapi hindarilah subyektifitas agar keputusan yang diambil tidak menyisakan penyesalan di kemudian hari.
Semoga artikel ini bisa memberi manfaat bagi kita semua agar bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan atau memberi pandangan terhadap suatu fenomena atau diri seseorang.