Berpikir Bijak dan Cerdas

pikiran positif Sengaja artikel ini saya tulis untuk mengingatkan kita bahwa sebelum sebuah respons terjadi melalui gesture, body language, perilaku dan mengambil keputusan, selayaknya mekanisme yang paling fundamental harus kita lalui, yakni berpikir.  Sebuah Pepatah kuno mengatakan “Pikir itu Pelita Hati” mengandung hikmah yang bisa kita pelajari, sebab Hati akan menjadi terang karena kita membuka pikiran kita (open-mindedness).

Ada beberapa hal yang bisa membuat kita menjadi lebih bijak dan cerdas, yaitu:

  • Bahwa kita hidup bersama orang-orang lain, komunitas lain, keyakinan dan latar belakang yang bisa sama dan bisa berbeda dengan kita. Oleh sebab itu penilaian yang bersifat egosentris sudah selayaknya dihindari karena membentuk persepsi individu atau kelompok yang tidak memberdayakan baik untuk diri sendiri maupun kemaslahatan bersama untuk mencapai harmonisasi kehidupan
  • Bahwa hidup bersama yang harmonis mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan menyehatkan, terutama dalam pola pikir karena adanya saling menghormati, tenggang rasa, memunculkan simpati dan empati dari berbagai pihak, karena ini menjadi syarat utama untuk membangun (bukan destruktif) dari segi moral dan etika bermasyarakat
  • Semua yang kita terima melalui panca indera kita, baik yang kita lihat (visual), dengar (auditory), rasakan (kinestetik), cium (olfactory) dan kecap menggunakan lidah (gustatory), merupakan input yang memicu otak untuk memprosesnya, baik melalui proses pikir maupun refleks. Oleh sebab itu, dibutuhkan ketenangan, kesabaran dan ketelitian dalam memahami suatu fenomena atau kejadian, termasuk mempelajari sebuah pengetahuan yang kita anggap masih asing bagi kita.  Ketika kita melihat parsial dan egosentris maka semua yang masih baru akan memberikan respons negatif dan memunculkan prasangka buruk.  Hal ini menyebabkan munculnya benih-benih kebencian dan emosi-emosi negatif lain yang merusak diri sendiri (self-destruction) lebih dominan karena yang ada dalam pikiran hanyalah prasangka-prasangka tanpa dasar ilmu yang jelas.
  • Berpikir secara luas membuka pintu gerbang bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak mungkin ada penemuan tanpa berpikir luas
  • Berpikir jernih memberikan prasangka baik dan membuka hati untuk menerima pengetahuan bahkan hidayah atau pencerahan.
  • Berpikir maju ke depan selain menghilangkan beban mental / psikologis, juga memacu kita untuk melakukan lompatan-lompatan besar dan pencapaian hasil (outcome) yang positif
  • Berpikir tenang sebelum bertindak memudahkan kita mencari solusi atau menjawab sebuah tantangan dengan bijak, dan menghindari berbuat kesalahan-kesalahan yang bodoh (stupid mistakes)

 

Janganlah menyepelekan pikiran, Dalam agama Islam dikatakan bahwa Allah Swt menghukum manusia disebabkan karena mereka tidak berpikir. Dengan beberapa ungkapan seperti, “afalâ ta’qilun”, “afalâ tatafakkarun”, “afalâ yatadabbaruna al-Qur’ân”, Allah Swt mengajak mereka untuk berpikir dan menggunakan akalnya (www.islamquest.net). 

Demikian pula dalam agama atau keyakinan lainnya yang mengedepankan proses berpikir ini karena tanpa berpikir yang baik akan menciptakan banyak masalah bahkan membawa kita menuju kehancuran. Contoh lainnya, dalam agama Buddha dikenal istilah Kamma karena Pikiran (manno kamma), dan sebagainya.

Semoga artikel ini bermanfaat dan mampu memberdayakan kita semua. Amin