Kualitas atau atribut seorang trainer atau instruktur memang belum menjadi jaminan bisa disebut seorang Master, apalagi di bidang esoterik. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya berbagai keilmuan esoterik seperti Prana, Reiki dan sebagainya, maka banyak pula pelatihan dari mereka yang telah mendapatkan attunement dan initiation tingkat guru dari seorang Master Teacher di bidangnya. Lamanya belajar dan berapa tingkatan yang telah dilalui pun masih belum bisa memberikan predikat seorang Master sesungguhnya, apalagi motif pelatihan yang diadakan adalah bertujuan mencari sebanyak-banyaknya uang dengan berbagai trik bisnis atau networking kelompok yang telah mendapatkan doktrin tertentu, misalnya.
Untuk memiliki atribut seorang Master berbeda dengan pebisnis. Bedanya adalah, seorang Master memiliki softskill dan atribut istimewa dimana ia senang berbagi, senang menyelami falsafah hidup dan mampu melihat segala sesuatu secara terang dengan mata bathinnya. Ia tidak larut dalam euforia yang muncul dari pencitraan publik, iklan televisi dan sebagainya. Bahkan ia cenderung merasakan bahwa segala sesuatu bukan hasil jualan merek atau nama keilmuan itu sendiri, tetapi yang mengatur mekanisme Master-Murid adalah mekanisme semesta atau sederhananya sebut saja”jodoh”. Setiap pertemuan, baik secara tatap muka maupun secara tidak langsung misalnya melalui media sosial, telepon, bahkan bertemu secara tidak sengaja di suatu tempat, merupakan “jodoh” dan ia merasakan adanya hubungan secara bathin dengan orang tersebut, sekalipun mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Begitupula yang dirasakan oleh seorang calon murid atau praktisi.
Sah-sah saja jika seorang Master menggunakan media sosial karena itu adalah realita dari kemajuan iptek, karena menjauh dari berbagai hubungan sosial kemasyarakatan dewasa ini sudah sulit dilakukan, apalagi ada kecenderungan saling membutuhkan atau take and give. Namun, batas-batasnya tetaplah jelas, karena seorang Master tidak melihat secara sempit dunia ini, namun ia mengembangkan cinta kasih universal karena misi yang diembannya adalah membantu mereka yang membutuhkan dan melayani dengan hati.
Fanatisme terhadap sosok Guru atau Master atau apapun predikatnya, karena ekspos media mungkin bukan sikap yang bijak karena akan menutup mata bathin dari aspek pencerahan. Penulis sejak awal mencari Guru di berbagai bidang esoterik maupun metafisik tidak karena iklan, melainkan karena adanya perasaan atau kedekatan secara bathin sekalipun secara fisik belum pernah bertemu sebelumnya. Kepekaan ini bisa kita kembangkan jika kita senantiasa berlatih, baik melalui meditasi, zikir, maupun olah rasa lainnya. Sekalipun demikian, sosok Guru akan benar-benar melekat dalam hati ketika ia menjadi suri tauladan, mudah diajak komunikasi, tidak pelit untuk berbagi dan mengayomi.
Master merupakan Agent of Change. Ia adalah sosok yang memiliki talenta memberikan pencerahan atau transformasi dari cara berpikir dan berperilaku bagi muridnya. Seorang Master seyogyanya tidak dilekati oleh arogansi karena keilmuannya darimanapun dia belajar atau mendapatkannya, maupun keilmuan apapun yang ia ciptakan. Ini adalah atribut penting pertama yang membedakan antara Master sesungguhnya dari Master karena pencitraan semata. Seorang Master tidak harus menjadi terkenal di mata publik karena ia memiliki kepuasan bathin tersendiri dari hubungannya dengan Sang Pencipta setelah ia bisa menyampaikan pengetahuan yang ia ketahui dan miliki kepada orang lain, sebuah pencerahan atau transformasi spiritual terjadi dan membawa kebaikan atau kemaslahatan bagi orang banyak.
Seorang Master juga tidak merasa tersaingi oleh murid-muridnya yang memiliki talenta atau gift untuk menjadi penerus dalam bidang yang sama dengan yang ia geluti. Poin ini adalah atribut penting kedua. Ia tidak segan berbagi dan ia malah mendorong agar muridnya memiliki kemampuan lebih dengan landasan spiritual yang baik, bukan karena motif mencari ketenaran atau menjadikan muridnya sebagai mesin uang baginya.
Semoga artikel ini bisa memberikan pandangan baru, sebuah transformasi pemahaman dan penulis juga berharap banyak bakat-bakat baru dari para pembaca yang bisa muncul ke permukaan karena dasar-dasar spiritualitas yang baik dan memberi kemaslahatan bagi semua tanpa sekat dan batas pemahaman agar muncul Master-Master handal di kemudian hari.