ADHD Skrining dan Terapi

ADHD ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) menurut dr Tjhin Wiguna, SpKJ(K) dari Divisi Psikiater Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, merupakan gangguan perkembangan dan maturasi otak yang muncul pada masa kanak-kanak awal, dengan manifestasi berupa gangguan perilaku dan emosi.

Sekalipun tidak mengancam nyawa, namun ADHD tentu sangat mengganggu bila terjadi pada anak anda, karena ia hiperaktif, sulit dikontrol karena faktor suasana hatinya yang bisa berubah drastis, temperamen dan cukup mengganggu saat bersosialisasi dengan anak-anak lain karena sikapnya yang sulit diam atau tenang itu. Biasanya pada usia tiga tahun atau pada masa usia sekolah, gangguan ini sudah nampak dan hal ini bisa berlangsung sampai remaja bahkan dewasa, namun sebagian bisa berubah lebih baik bersamaan dengan adanya perbaikan dalam perhatian dan kegiatan mereka.

Penyebab yang jelas belum diketahui namun biasanya ada faktor genetika, dimana 50% anak yang terkena ADHD memiliki orang tua yang memiliki masalah yang sama, dimana struktur anatomi otak (defisit fungsi korteks prefrontal) dan neurokimiawi otak (gangguan pada transporter neurotrasmitter dopamin) ditenggarai menjadi salah satu penyebab ADHD.

ADHD termasuk gangguan jiwa (mental disorder) yang berimbas pada fungsi pribadi dan sosial anak.  Yang memiliki kemampuan menegakkan diagnosis ADHD adalah dokter ahli jiwa dan psikolog, setelah melakukan anamnesis (wawancara terstruktur) pada pasien, riwayat perkembangannya, asessment psikologis dan skolastik.

ADHD bisa diobati dengan berbagai teknik seperti dengan obat-obatan farmakoterapi), psikoterapi, dan intervensi psikososial lain, serta terapi remedial. Terapi remedial ini bersifat spesifik misalnya anak yang mengalami kesulitan membaca dan keterlambatan bicara.  Mungkin dalam penangan antara anak ADHD dan autis memiliki bebeapa kesamaan misalnya dalam melatih fungsi kognitif dan terapi wicara, namun kedua jenis gangguan ini memiliki perbedaan mendasar, dimana anak Autis biasanya sibuk dengan dunianya sendiri, sedangkan anak ADHD bersifat hiperaktif yang mana dampaknya kelihatannya hampir sama yakni tidak atentif terhadap orang yang mengajaknya bicara.

Berikut adalah tabel skala Conner yang bisa membantu orang tua atau bahkan guru/wali kelas untuk melihat apakah ada indikasi ADHD terhadap anak atau anak didiknya.

SKRINING ADHD

Tidak Sama Sekali (0) Sekali-sekali (1) Cukup Sering (2) Hampir Selalu (3)
1. Tidak kenal lelah, atau aktivitas berlebihan
2. Mudah menjadi gembira, impulsif
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, selang waktu perhatiannya pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus
6. Perhatian kurang, mudah teralihkan
7. Permintaan harus segera terpenuhi, mudah menjadi frustrasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya berubah dengan cepat dan drastis
10.Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif tidak terduga
SKOR

Keterangan: Jika skor lebih besar atau sama dengan 12, maka diduga atau ada kecendrungan anak tersebut memiliki ADHD.

(source:  Reader’s digest Indonesia, Juni 2014)

Bagi orang tua yang anaknya memiliki gangguan ADHD ini tidak perlu cemas karena disamping metode pengobatan di atas, juga bisa mengikuti beberapa teknik penyembuhan holistik seperti meditasi, yoga, akupunktur, akupressur dan EFT.  Dan yang penting adalah bagaimana orang tua menjaga kondisi atau suasana yang nyaman bagi si anak, melatih sedikit demi sedikit agar anak mulai bisa mengalihkan suasana hati yang moody dan eksplosif dengan pendekatan persuasif dan menurut penulis juga sangat penting mengawasi si anak terutama saat berada di luar rumah misalnya di tempat keramaian agar anak tersebut tetap berada di dekat orang tuanya.

Demikian informasi mengenai ADHD dan mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.