“Sleepwalking” diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia sebagai kondisi dimana seseorang berjalan saat sedang tidur. Hal ini tidak aneh karena cukup banyak yang mengalami terutama pada usia anak-anak mungkin pada kisaran usia 2 sampai 12 tahun. Dalam literatur barat ada yang mengatakan sleepwalking biasanya terjadi antara usia 5-12 tahun, namun ternyata ada yang mengalaminya saat masih sangat kecil, bahkan bayi yang baru mulai berjalan dari pengamatan penulis.
Sleepwalking (disebut juga somnabulism) sering dianggap sebagai gangguan (disorder). Dari situs MedlinePlus, dikatakan bahwa
“Sleepwalking (somnambulism) most often occurs during deep, non-REM sleep (called N3 sleep) early in the night. When physical movements such as kicking, flailing, or getting out of bed occur during REM sleep, it is part of REM behavior disorder and tends to happen near morning.”
Semakin bertambah usia, maka seseorang akan semakin jarang mengalami Tidur N3 (N3 Sleep) tersebut. Penyebab sleepwalking pada anak-anak masih belum jelas diketahui, sedangkan bila hal ini terjadi pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
- Alkohol, obat penenang atau obat-obatan lain seperti obat tidur
- Kondisi kesehatan (medical condition) tertentu seperti yang disebut sebagai “partial complex seizures”
- gangguan mental
Dalam bidang psikologi, khususnya setelah diadakannya penelitian mengenai pikiran bawah sadar (subconscious mind), c.q. skala untuk mengukur kedalaman trance (depth trance level), istilah somnabulism ini telah dimasukkan sebagai kondisi trance yang dalam. Dari skala Davis-Husband Scale, tingkatan ini berada pada skala 24 (complete somnabulism). Bahkan dengan sugesti yang diberikan kepada suyet atau subyek, misalnya dalam mendeteksi benda yang hilang, maka seseorang bisa memasuki skala 30, yakni Hyperesthesia. Dalam kondisi yang sangat dalam trancenya ini, seorang subyek atau suyet, dalam mata terbuka (tanpa kedipan seperti kondisi normal), dan ketika diminta berjalan menuju ke suatu tempat atau diminta untuk ‘mencari’ sesuatu biasanya memiliki kepekaan atau tingkat sugestivitas yang sangat tinggi bahkan bisa merasakan benda ia pernah rasakan dan bisa melakukan ‘scanning’ untuk mencarinya dengan indra peraba (telapak tangan) dimanapun disekitarnya benda itu berada.
Mungkin sebagian orang berpendapat sleepwalking itu berbahaya, namun ketika mencapai level 30 ini bisa kita akses dengan kemauan kita sendiri misalnya melalui self-hypnosis, maka akan banyak manfaat yang bisa diperoleh bahkan bisa dikatakan tidak perlu bersusah payah ‘puasa’ maupun melakukan ‘ritual’ yang memakan banyak waktu dan tingkat keberhasilan yang relatif rendah untuk bisa melakukan proyeksi astral dan ‘merogo sukmo’. Luar biasa bukan? Di sini kalau kita mau belajar, bahwa sebenarnya kemampuan metafisika yang terakhir disebut ternyata masih berkutat dengan kondisi “trance”. Mengapa demikian ? Dalam artikel-artikel sebelumnya sudah pernah diulas oleh penulis, dan jika ingin merasakan dan bisa mempraktekan teknik hipnotis dan sugesti yang bisa digunakan untuk mencapai tingkat somnabulism, hallucination sampai hyperesthesia ini maka pembaca dapat mengikuti pelatihan hipnotis yang diadakan penulis.
Sleepwalking yang terjadi pada masa kanak-kanak umumnya tidak berbahaya dan bisa merupakan indikasi baik bahwa kelak di kemudian hari saat dewasa biasanya anak-anak tersebut memiliki kelebihan mulai dari intuisi yang tajam sampai kecerdasan dan multitalenta yang di atas rekan-rekannya secara rata-rata.
Yang perlu diingat, bahwa sleepwalking bisa berpotensi menjadi bahaya jika:
- Bagi balita, potensi bahaya jika terjadi ketika mereka melakukan sleepwalking di tempat yang tidak aman, atau ada benda-benda yang berbahaya seperti tali atau benda tajam. Oleh sebab itu, sebagai orang tua harus memperhatikan kamar tidur mulai kamar tidur dan sekitarnya.
- Terjadi dalam intensitas sering, sehingga perlu dicermati adanya beberapa gangguan psikologis bila pada anak-anak, mungkin faktor tekanan psikologis atau kelelahan berlebih bisa menjadi pencetus daru gangguan tidur ini.
- Bagi orang dewasa yang karena kondisi mentalnya mengalami gangguan maupun karena kecanduan obat-obatan tertentu, perlu diwaspadai agar mereka tidak sleepwalking sampai mengendarai kendaraan (ada lho.. dan ini beresiko tinggi).
Sleepwalking biasanya terjadi mulai dari hitungan detik sampai kurang dari 10 menit. Dalam literatur barat ada yang dikatakan ada yang pernah mencapai 30 menit.
Dari pengalaman penulis yang juga berpraktek sebagai Hipnoterapis, biasanya salah satu pertanyaan awal untuk klien sebelum memasuki sesi terapi adalah menanyakan apakah mereka pernah melakukan sleepwalking semasa kecil atau saat sudah dewasa. Ini sebagai indikator bagaimana seseorang bisa masuk trance yang dalam dengan lebih mudah, tentu tetap dilakukan tes sugestivitas sebagai bagian dari pre-induction process.
Biasanya seseorang anak yang mengalami sleepwalking ini bisa saja ‘merasakan’ dalam tataran kesadaran tertentu bahwa ia tengah berjalan, sekalipun tanpa diniatkan terlebih dulu, namun sebagian lagi tidak menyadarinya. Penulis sendiri saat masih kanak-kanak pernah mengalami sleepwalking ini dan biasanya akan terjaga di tempat lain di luar tempat tidur semula. Putera dari penulis sendiri saat masih baru berusia dua tahun sempat melakukan sleepwalking di atas tempat tidur, namun untunglah tidak sampai terjatuh. “Sleepwalking” saat berusia anak-anak pada dasarnya tidak berbahaya selama dalam kondisi kesehatan yang prima, dan dalam pengawasan orang tua saat tidur didekatnya untuk menghindari cedera akibat terjatuh atau menimpa sesuatu.
Ketika sleepwalking terjadi pada orang dewasa, perlu lebih diwaspadai apalagi akibat minum obat-obatan tertentu atau gangguan jiwa. Sebaiknya ketika kita melihat mereka berjalan saat tidur (sleepwalking), bisa perlahan-lahan kita bangunkan. Hal ini untuk menghindari seandainya mereka keluar rumah, menjalankan aktivitas berbahaya bahkan mengendarai mobil.
Demikian artikel mengenai Sleepwallking ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian.