Reinkarnasi bukan merupakan konsep baru. Istilah ini sudah sangat familiar ribuan tahun lalu terutama bagi mereka yang menganut keyakinan terhadap hukum karma (sebab-akibat). Sehingga bisa dikatakan bahwa istilah reinkarnasi dan hukum karma tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Bagaimana keyakinan tersebut bisa dijelaskan? Apakah pemahaman reinkarnasi dapat diperoleh seseorang pada zaman sekarang untuk menelusuri jati diri atau masalah kehidupannya dengan kejadian di masa lalunya (past life)? Lalu, apakah ada kaitannya dengan meditasi? Berikut penulis mencoba menguraikannya dalam kacamata pribadi.
Dalam keilmuan psikologi atau dalam dunia hypnotherapy, kita mengenal adanya akar masalah atau penyebab dari suatu masalah yang membuat seseorang menderita gangguan psikologis, yang sebagian besar konon tidak terjawab hanya dengan analisa medis. Pendekatan spiritual ternyata banyak membantu, misalnya menelusuri akar masalah sampai periode awal kehidupan orang tersebut, bahkan sebagian besar mencoba masuk ke dalam kehidupan masa lalu (past life) mereka. Untuk bisa melakukannya, biasanya seseorang mencari seorang hypnotherapist agar bisa dibimbing memasuki kondisi trance yang sangat dalam agar bisa melihat apa dan siapa mereka pada kehidupan lalunya sehingga diharapkan bisa mengatasi masalah yang muncul. Di sisi lain adapula yang percaya bahwa untuk mengetahui past life, maka meditasi merupakan jalan yang termudah.
Marilah kita pahami terlebih dahulu, bahwa dalam pendekatan ilmu psikologi positif, misalnya dalam Brief Therapy, seorang hypnotherapist tidak diminta untuk melakukan past life regression kepada kliennya, melainkan hanya merubah mindset atau persepsinya atas peristiwa atau gangguan yang dialaminya. Dengan kata lain, tidak perlu bersusah payah membongkar atau mencari-cari akar masalah karena peristiwanya telah terjadi, tak bisa diperbaiki atau diulangi, di samping itu, peristiwa berikutnya dalam kehidupan klien yang banyak diwarnai oleh berbagai kejadian baik karena faktor keluarga, agama, keyakinan, lingkungan, dan sebagainya (disebut Coloured Glass), akan sangat mempengaruhi persepsi klien itu sendiri. Sehingga akar masalah semula belum tentu menjadi faktor dominan yang menyebabkan gangguan psikologis si klien tersebut.
Well, sekarang kita dalami tentang meditasi itu sendiri. Apakah meditasi bisa membantu bahkan penting kita lakukan dalam proses penyembuhan gangguan psikologis? Jawabnya YA. Terlepas dari keinginan untuk melakukan past life regression atau tidak, tinggal kita saja menyesuaikan dengan keyakinan klien. Jika mereka meyakini past life, atau hanya pada saat proses kehidupan sekarang saja, meditasi tetap memberikan banyak manfaat. Keyakinan itu sendiri adalah kunci utama kesembuhan. Treatment yang keliru akan menyebabkan gagalnya terapi. Meditasi bila dipahami sebagai sebuah teknik relaksasi baik “still meditation” maupun “moving meditation”, pada dasarnya tidak berbeda dengan teknik relaksasi dalam hypnoterapy. Yang membedakan adalah cara atau metode untuk membuat relaksasi syaraf klien.
Past Life itu sendiri merupakan sebuah kondisi atau gambaran mental yang menjadi referensi pikiran bawah sadar khususnya pada orang-orang yang meyakininya atau yang lebih dominan bersifat spiritualitas. Kondisi kehidupan lalu (Past Life) dalam sudut pandang agama-agama besar di India, meyakini bahwa sifat, karakter, kehidupan, kesehatan, talenta, kebiasaan, perilaku dan sebagainya memiliki ‘warisan’ dari kehidupan masa lalu seseorang. Misalnya, seseorang yang mampu menguasai bahasa asing walau baru balita, tanpa intervensi orang tua dan lain-lain secara intense, adalah tanda bahwa ia memiliki kaitan dengan kehidupan masa lalunya, mungkin dulu ia adalah orang barat jika ia fasih bahasa Inggris, mungkin ia orang Jepang karena baru saja bisa berbicara, anak itu sudah bisa bercakap-cakap dalam bahasa Jepang, dan sebagainya. Dalam hal sifat dan perilaku, kadangkala ketidakharmonisan antar saudara kandung memiliki referensi dengan kondisi masa lalu mereka. Misalnya, dalam kehidupan lalunya mereka adalah musuh. Memang menarik ya bila bisa kita terawangi Past Life kita masing-masing.
Untuk melakukan proses ‘terawangan’ ini, banyak orang menggunakan teknik meditasi. Dalam proses ini pada dasarnya orang tersebut telah memiliki peta mental tentang kejadian-kejadian yang ia hadapi. Dalam keyakinan Buddha Tibet, misalnya, setelah kematian, seseorang akan melewati alam Bardo dimana banyak memori kehidupan yang akan dibawanya, sedikit atau banyak, tergantung proses ‘pencucian’ di alam tersebut. Sehingga ada orang yang banyak bisa menceritakan past lifenya, ada yang sedikit bahkan ada yang tidak pernah ingat. Banyak yang terakhir disebut ini dialami. Ketika pemahaman atas proses hukum karma tertanam dalam pikiran bawah sadar, ada korelasi dengan pencitraan (imaging) bahwa hidup adalah sebuah proses yang tidak terputus maka proses kelahiran dan kematian adalah sebuah hal yang logis. Pola pikir seperti ini mempercepat proses seseorang menerawang past life nya dengan teknik meditasi. Meditasi tidak berada pada gelombang otak beta, melainkan pada gelombang Alpha. Bahkan untuk mendapat hasil optimal proses penerawangan seseorang perlu masuk ke dalam kondisi gelombang theta.
Ada satu tujuan penting dari pemahaman atas reinkarnasi, yakni menumbuhkan kesadaran. Kesadaran (awareness) bahwa dalam kehidupan sekarang, “buah” dari perbuatan, bisa saja diakibatkan oleh “benih” yang ditanam dahulu. Proses sebab dan akibat ini melibatkan 3 unsur penting, yakni pikiran, ucapan dan perbuatan yang masing-masing memiliki karmanya sendiri-sendiri. Unsur kedua adalah bahwa semua makhluk hidup tidak berdiri sendiri. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, kehidupan di alam ‘ghaib’ sampai planet yang kita tinggali ini memiliki hubungan dekat dan berpengaruh dalam proses reinkarnasi baik langsung maupun tidak langsung, sehingga kita tidak boleh bertindak ‘semau gue’ jika ingin ekosistem ini terjaga, termasuk secara mikrokosmos, adalah kondisi kehidupan kita sendiri yang kita alami sekarang.
Semoga artikel ini menambah wawasan dan pencerahan.